Rabu 20 Jul 2016 17:26 WIB

Ahok Keukeuh Sebut Angka Kemiskinan di DKI Capai 17 Persen

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Bilal Ramadhan
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ( ilustrasi)
Foto: Republika/ Rendra Purnama
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ( ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyebut angka kemiskinan di Ibu Kota bisa mencapai 17 persen. Hal itu berbanding jauh dengan hasil survei BPS DKI yang menyatakan angka kemiskinan hanya tiga persen.

Basuki alias Ahok menilai menghitung angka kemiskinan tak cukup hanya dari sekedar kebutuhan pangannya saja. Ia juga kecewa karena BPS ikut menghitung semua warga baik ber-KTP DKI dan non-DKI.

Menurutnya, penghitungan angka kemiskinan sebaiknya hanya menghitung warga ber-KTP DKI saja. Sebab baginya warga non-DKI ikut menyumbang kemiskinan.

"Bukan enggak setuju, maksud saya kita suruh BPS kan kita bayar, mereka gunakan (penghitungan standar) kebutuhan hidup cukup. Jadi yang kita survei hanya yang KTP DKI, bukan semua orang yang ada di DKI. Kalau BPS kan bukan kayak gitu," katanya di Balai Kota, Rabu (20/7).

Ia menyarankan penggunaan standar UMP DKI sebesar 3,1 juta sebagai batas bawah angka kemiskinan. Sehingga jika ada warga DKI yang berpenghasilan di bawah itu maka bisa disebut warga miskin.

Dengan begitu tentunya jumlah warga miskin akan semakin meningkat lantara batas bawah angka kemiskinan versi Survei BPS pada Maret lalu hanya 510.359.

"Kan kalau kamu mau bantu orang miskin, kan hanya yang di bawah kemiskinan, ternyata orang sakit sampai 50 persen. Ternyata kita gunakan hidup cukup atau kebutuhan hidup layak untuk UMP kan 3,1 juta, orang miskin enggak tiga persen lebih tapi capai 17 persen," ujarnya.

Diketahui, hasil survei BPS menyebut jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2016 sebesar 384,30 ribu orang (3,75 persen). Dibandingkan dengan September 2015 (368,67 ribu orang atau 3,61 persen), jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 15,63 ribu atau meningkat 0,14 poin.

Sedangkan dibandingkan dengan Maret 2015 dengan jumlah penduduk miskin sebesar 398,92 ribu orang (3,93 persen), jumlah penduduk miskin menurun 14,62 ribu atau menurun 0,18 poin.

Angka kemiskinan versi BPS paling banyak disumbangkan komoditi makanan dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan Maret 2016 sebesar 64,59 persen (Rp 329.644), sedangkan sumbangan garis kemiskinan non makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 35,41 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement