Selasa 26 Jul 2016 16:09 WIB

Tiga Karya Ibnu Rusyd yang Melegenda

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Ibnu Rusyd atau Averroes, dari detail lukisan Triunfo de Santo Tomás, karya artis Florence abad ke-14 Andrea Bonaiuto.
Foto: Wikipedia
Ibnu Rusyd atau Averroes, dari detail lukisan Triunfo de Santo Tomás, karya artis Florence abad ke-14 Andrea Bonaiuto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kejeniusan dan intelektualitas tokoh kelahiran Kordoba, Spanyol pada 1128 M (520 H) ini memang tak terbantahkan. Ia mampu mengomentari pemikiran filsuf Barat, Aristoteles dan ST Thomas Aquinas.

Pemikiran tokoh yang dikenal Barat dengan sebutan Averroes ini merupakan sumbangsih berharga di puncak kejayaan peradaban Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan.

Sebelum menjadi komentator filsafat Barat, pemilik nama lengkap Abu Walid Muhammad bin Rusyd ini  lebih dulu mengkaji berbagai disiplin ilmu Islam. Mulai dari bahasa, tafsir, filsafat, dan sebagainya. 

Averroes bukan seorang komentator biasa, ia merupakan ilmuan Islam yang pemikirannya begitu penting bagi kemajuan ilmu dan peradaban dunia. Berikut karya-karya Averroes yang berpengaruh bagi peradaban dunia:   

Al- Kulliyat fit at-Thib

Kitab ini merupakan karya Averroes di bidang kedokteran yang paling dikenal di kalangan ilmuan di bidang penyembuhan. Secara garis besar, berisi prinsip umum yang bekerja di dalam tubuh, baik ketika sehat maupun sakit.

Al-Kulliyat diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada abad ke-12, dengan judul Colliget. Kitab ini juga digunakan sebagai buku wajib bagi dokter-dokter Eropa selama berabad-abad.

 

Bidayat al-Mujtahid  

Selain menulis tentang kedokteran, Averroes juga menulis beberapa risalah tentang hukum Islam. Karya Averroes tentang hukum Islam yang paling penting adalah Bidayat al-Mujtahid, yang ditulis pada 1168 M.

Kitab ini merupakan rangkuman sejarah  mazhab di dalam hukum Islam, dan mendiskusikan bagaimana tiap mazhab mencapai kesimpulan masing-masing. Kitab analisa hukum Islam ini, oleh para sarjana, dianggap sebagai karya bercorak Mazhab Maliki yang representatif. 

 

Tahafut at-Tahafut 

Kitab yang berarti "kerancuan atas kerancuan" ini adalah penengah dialektika pemikiran filsafat Aristoteles dengan Abu Hamid al-Ghazali. Aristoteles berpendapat, dunia ini bersifat abadi, sementara menurut Abu Hamid, apa yang disampaikan Arsitoteles itu bertentangan dengan Islam. Karya ini termasuk salah satu karya berkualitas yang pernah ada dalam sejarah pemikiran Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement