Senin 01 Aug 2016 05:36 WIB

Pembangunan Jembatan Layang Pulau Usu-Rote Tetap Dilaksanakan

Red: Hazliansyah
Anak-anak membawa bendera merah putih di desa pesisir pulau Ndao, Rote, Nusa Tenggara Timur, Kamis (13/8).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Anak-anak membawa bendera merah putih di desa pesisir pulau Ndao, Rote, Nusa Tenggara Timur, Kamis (13/8).

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Bupati Rote Ndao Leonard Haning mengatakan pembangunan jembatan layang yang menghubungkan Pulau Usu dan Pulau Rote di wilayah terselatan Indonesia, Provinsi Nusa Tenggara Timur tetap dilaksanakan.

"Namun, kapan pelaksanaan pembangunan jembatan layang sepanjang 100 meter itu, adalah wewenang dan tanggungjawabnya pemerintahan Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya," kata Lens Haning, panggilan akrab Bupati Rote Ndao itu, Ahad.

Gubernur NTT Frans Lebu Raya secara terpisah mengatakan masih meminta instansi teknis di tingkat provinsi untuk mengkaji dan melakukan survei terhadap pembangunan jembatan layang tersebut agar matang dalam pelaksanaannya.

"Memang tidak sulit untuk membangun jembatan layang sepanjang 100 meter itu, tetapi saya akan minta instansi teknis untuk melakukan survei terlebih dahulu," katanya.

Pembangunan jembatan layang yang menghubungkan Usu, pulau kecil dengan luas 1.940 hektare yang dihuni sekitar 102 kepala keluarga itu guna memperlancar arus transfirmasi manusia dan ekonomi dari pulau tersebut ke pusat pemerintahan Kabupaten Rote Ndao di Pulau Rote, sekitar 40 mil dari Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pulau Usu dan sembilan pulau terluar dan terdepan lainnya di Nusa Tenggara Timur baru diberi nama oleh pemerintah pada Mei 2016, untuk menghindari pengklaiman atas wilayah NKRI oleh negara lain, karena pulau-pulau tersebut berbatasan langsung dengan Australia.

Masyarakat di Pulau Usu yang hendak bepergian ke Pulau Rote untuk menjual hasil pertanian atau berbelanja kebutuhan pokok, harus menggunakan perahu.

Demikian pun halnya dengan anak-anak sekolah yang menempuh pendidikan menengah pertama (SLTP) dan menengah atas (SLTA) di Pulau Rote, juga menggunakan perahu sebagai sarana transportasi untuk mengejar ilmu pengetahuan.

Namun, jika memasuki musim barat atau ketika gelombang laut tidak bersahabat, Pulau Usu menjadi terisolasi total, sehingga pembangunan jembatan layang tersebut merupakan pilihan yang tepat untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi masyarakat di wilayah terselatan Indonesia selama ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement