Jumat 05 Aug 2016 20:09 WIB

Menikmati Jazz Atas Awan Dieng Culture Festival 2015

Red: Dwi Murdaningsih
Bukit Sikunir, lokasi yang tepat untuk menyaksikan sunrise dari ketinggian 2290 mdpl.
Foto: PicnicHolic
Bukit Sikunir, lokasi yang tepat untuk menyaksikan sunrise dari ketinggian 2290 mdpl.

REPUBLIKA.CO.ID, WONOSOBO - Bulan Agustus 2016, berkumpul jadwal festival-festival berkualitas di tanah air. Salah yang direkomendasi Menteri Pariwisata Arief Yahya adalah Dieng Culture Festival (DCF) 2016 yang bisa dinikmati 5-7 Agustus 2016.

Acaranya, keren-keren. Dari penampilan Cak Nun dengan Kiai Kanjeng, Jazz Atas Awan, pesta kembang api, hingga jamasan, pencukuran rambut dan pelarungan rambut anak gimbal khas Dieng. Semua ada di festival ini.

"Ada perpaduan seni tradisi, budaya dan musik modern yang membuat festival ini lebih berkelas. Anak muda masuk, orang paruh baya pun juga masuk. Ada wayang, juga pentas lengger yang khas daratan tinggi Dieng yang memiliki ketinggian kisaran 2000 m dari permukaan laut," ungkap Hari Untoro Drajad, Staf Ahli Menpar Bidang Multikultural.

Menurut Hari, di dataran tinggi sebelah barat gunung Sindoro dan Sumbing ini ada Bukti Arkeologis yang muncul di permukaan bumi. Ada Candi Arjuna, Candi Bima, Candi Gatotkaca, petirtaan Jalatunda yang konon airnya berkhasiat. "Air suci ini diambil dan digunakan untuk upacara tertentu di Bali. Ini membuktikan peradaban yg berasal dari abad 9-10 M. Hingga abad 12, ritual ini masih terjadi di dataran tinggi Dieng. Sekarang tradisi pemotongan atau pencukuran rambut gimbal," kata dia.

Upacara selamatan ini menarik, menurut Hari, dilakukan di area candi di komplek Candi Arjuna. Banyak wisatawan Eropa yang suka dengan alam dan tradisi di sana. "Dieng juga tempat yang indah untuk melihat matahari terbit," kata Hari Untoro Drajad.

Beragam kemeriahan ini membuat agenda DCF tak pernah sepi dari pengunjung. Tahun lalu, DCF dibanjiri sekitar 20 ribu pengunjung. Salah satu keunikan dari Dieng Culture Festival adalah festival ini selalu diadakan pada waktu musim kemarau, biasanya Juli – Agustus. Saat festival digelar, suhu di dataran tinggi dieng ini bisa mencapai minus 2 derajat.

Jangan buru-buru takut kedinginan. Karena di Dieng, ada banyak homestay yang punya banyak keunikan tersendiri. Hadi Supeno, Wakil Bupati Banjarnegara sudah menginstruksikan pemilik homestay untuk membuat surang. Inilah  tungku perapian khas masyarakat setempat yang tidak bisa dijumpai di wilayah lain di Indonesia.

“Kalau air hangat, dan selimut itu hal biasa. Banyak ditemukan di tempat lain. Namun tungku perapian itu hanya ada di Dieng. Tidak ada ditemukan di tempat lain karena itu nilainya beda dan pengalaman baru bagi wisatawan. Keunikan seperti ini memiliki daya jual dalam industri pariwisata,” katanya Jumat (5/8).

Atraksinya? Sangat beragam. Salah satu yang paling ditunggu dari Event Dieng Culture ini, terutama bagi para pecinta musik jazz adalah acara Jazz Atas Awan. Biasanya, acara jazz dinikmati di cafe-café. Tapi kalau di DCF 2016, Anda bisa ngejazz tepat di depan Candi Arjuna Dieng. Menikmati musik di ketinggian lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut. Atraksi alamnya, gunung yang menjulang tinggi.

Selain itu, ada juga acara seribu lampion. Lampion diterbangkan secara ramai-ramai, membuat langit Dieng bertaburan lampion yang bersanding dengan kerlap kerlip bintang. “Dijamin memorable buat Anda yang datang ke Dieng Culture Festival ini,” tambah Hadi Supeno, Wakil Bupati Banjarnegara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement