Rabu 10 Aug 2016 20:42 WIB

Jakarta Melayu Festival Digelar di Pantai

Red: Yudha Manggala P Putra
Warga menikmati matahari tenggelam saat menunggu berbuka puasa (ngabuburit) di Pantai Festival, Ancol, Jakarta, Kamis (30/6).  (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Warga menikmati matahari tenggelam saat menunggu berbuka puasa (ngabuburit) di Pantai Festival, Ancol, Jakarta, Kamis (30/6). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Jakarta Melayu Festival" kelima akan digelar di Pantai Ancol pada 20 Agustus 2016. Ini merupakan pertama kalinya festival tersebut dilaksanakan di tempat terbuka.

"Jakarta Melayu Festival kali ini kita adakan di pantai, setelah empat kali berturut-turut diadakan di dalam ruangan, hal ini karena jika kita melihat akarnya masyarakat Melayu adalah masyarakat yang hidup di pesisir, begitu juga dengan lagu-lagunya," kata Produser Gita Cinta Productiona Geisz Chalifah pada konferensi pers Jakarta Melayu Festival di Jakarta, Selasa (10/8).

Festival musik Melayu kali ini pun tidak dipungut biaya sebagai perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-71. Selain itu festival ini dimaksudkan untuk melestarikan budaya akar dari Indonesia.

"Ini adalah pesta rakyat, sehingga semua rakyat dapat menikmati musik melayu. Kali ini para musisi akan main berimprovisasi, sehingga semua pengisi acara akan menunjukkan kemampuan yang mereka punya," kata Geisz.

Selain itu diharapkan pada festival ini para generasi muda dapat mengenal dan menyukai musik Melayu.

Beberapa musisi yang akan mengacara festival tersebut antara lain Iyeth Bustami, Niken Astari, Darmansyar, juga Amigos Band.

Musisi Melayu Vico dari Amigos Band mengatakan musik melayu adalah cikal bakal musik Indonesia, maka jika tidak dilestarikan akan tergerus dengan budaya dari luar Indonesia.

"Sekarang ada K-POP dan musik-musik dari luar lainnya, tetapi musik Melayu adalah punya Indonesia yang mempunyai ritme yang tidak dimiliki oleh jenis musik lainnya," kata dia.

Penyanyi Melayu Darmansyah mengatakan musik Melayu sudah terbenam, oleh itu festival seperti musik Melayu diperlukan untuk mengangkatnya kembali kepermukaan.

Sementara itu cendikiawan Indonesia Anies Baswedan mengatakan untuk melestarikan budaya lokal perlu dukungan Indonesia, tidak saja dana tetapi juga sumber daya manusianya.

"Dukungan untuk kebudayaan dalam bentuk sumber daya jumlahnya juga harus diperbesar, kalau kita tidak bergerak lebih intensif lagi budaya tradisional kita akan punah," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement