Selasa 30 Aug 2016 20:56 WIB

Jokowi Diskusi Pengembangan Film Nasional di Istana

Rep: Halimatus Sadiyah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Presiden Jokowi
Presiden Jokowi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo dan sejumlah seniman film (sineas) berdiskusi santai soal pengembangan film nasional. Diskusi tersebut dilakukan dalam acara makan siang yang digelar di Istana Negara, Selasa (30/8).

Sutradara Hanung Bramantyo mengatakan, dalam pertemuan makan siang itu, Presiden banyak meminta masukan dari pekerja seni untuk kebijakan kebudayaan nasional. Hanung sendiri mengusulkan pada Jokowi agar pemerintah mulai mengenalkan film pada anak lewat kurikulum di sekolah atau melalui ekstrakulikuler.

"Sehingga kalau dari SD sudah tahu ada Riri Riza yang buat film Laskar Pelangi, maka akan dengan mudah mereka datang ke gedung bioskop," ujarnya.

Menurut Hanung, industri film di Indonesia belum maju karena masih sedikit rakyat yang melek film. Dia memberi gambaran, film Indonesia paling banyak ditonton oleh empat juta orang. Padahal, penduduknya ada 250 juta. Sementara di Korea Selatan, satu film bisa mendapat 10 juta penonton. Padahal, jumlah penduduknya hanya 50 juta.

Tak hanya itu, untuk memajukan industri film Tanah Air, para sineas juga meminta Presiden agar pajak untuk film nasional diturunkan. Kemudian, sineas meminta pajak yang mereka bayarkan dialokasikan pemerintah untuk pengembangan kebudayaan, seperti merawat film-film lama, membuat museum film nasional dan membangun bioskop di daerah.

Menurut Hanung, Presiden menanggapi positif semua masukan yang disampaikan sineas. Presiden, kata dia, akan mempertimbangkan masukan-masukan tersebut sebelum merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan kebudayaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement