Sabtu 10 Sep 2016 17:13 WIB

IDI: Obat Palsu dan Kedaluwarsa Berbahaya

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Yudha Manggala P Putra
Obat-obatan (ilustrasi).
Foto: http://unitednews.com.pk
Obat-obatan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng M Faqih, mengatakan konsumsi obat palsu dan kedaluwarsa dalam jumlah besar dapat membahayakan tubuh. Obat-obatan palsu atau kedaluwarsa memberi peluang terpaan zat kimia tertentu yang tidak baik untuk kesehatan tubuh.

"Obat yang palsu atau kedaluwarsa sama-sama memberi efek buruk. Pertama, jika palsu dan tidak sesuai, maka sakit yang diderita tidak akan sembuh. Justru ada peluang penyakit bertambah parah," ujar Daeng di Jakarta, Sabtu (10/9).

Kandungan obat tidak sesuai pun tetap akan ada reaksi negatif yang dialami tubuh. Sementara itu, jika obat yang diminum sudah melewati batas kedaluwarsa, ada peluang zat-zat kimia mengalami oksidasi.

Oksidasi seperti ini, lanjut Daeng, dapat membuat unsur kimia dalam obat berubah. "Jika berubah menjadi zat yang beracun, tentu lebih berisiko mengganggu kesehatan," tegasnya.

Menurut dia, obat palsu sulit dibedakan baik oleh  masyarakat awam maupun tenaga kesehatan. Karena itu, masyarakat disarankan memperoleh obat dari lokasi resmi seperti apotek, rumah sakit dan puskesmas.

Sebelum mengkonsumsi obat, individu pun diharapkan mengetahui jenis sakit dan obat yang dibutuhkan. "Indikasi penyakit dari dokter itu penting. Sebab bisa jadi penyakit ringan seperti sakit kepala disebabkan oleh hal lain seperti darah tinggi. Jadi harus sesuai indikasi," tambahnya.

Pada 7 September lalu, Bareskrim Polri membongkar sindikat produsen obat palsu di Kecamatan Balaraja , Kabupaten Tangerang. Saat itu, pihak kepolisian berhasil mengamankan lima gudang penyimpanan dan puluhan ribu butir obat palsu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement