Senin 14 Nov 2016 11:48 WIB

Otak Anak Penderita Sindrom Tourette Berbeda

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Andi Nur Aminah
Anak aktif/ilustrasi
Foto: leapfrogs.com.au
Anak aktif/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Peneliti di Washington University School of Medicine, St Louis mengidentifikasi perbedaan pada otak anak-anak penderita sindrom tourette. Ini adalah gangguan neuropsikiatrik yang membuat seseorang mengeluarkan ucapan atau gerakan yang spontan (tic) tanpa bisa mengontrolnya.

Temuan ini dipublikasikan 25 Oktober lalu di Journal of Molecular Psychiatry. Sindrom tourette menyerang satu hingga sepuluh anak per seribu kelahiran. "Dalam studi ini kami menemukan perbedaan di daerah otak yang terhubung dengan pengolahan data sensoris pada anak penderita sindrom tourette," kata peneliti juga profesor psikiatri, Kevin J Black, dilansir dari News Medical, Senin (14/11).

Perbedaan di wilayah otak tersebut masuk akal. Penderita sindrom tourette umumnya mengatakan tic itu terjadi akibat respons dari sensasi tak biasa. Ada yang merasa tubuh mereka meminta mendesah tak sadar, berteriak, batuk, atau kedutann.

"Sama halnya seperti saya atau Anda mungkin batuk atau bersin akibat udara dingin. Orang dengan sindrom tourette juga memiliki merasa demikian dan tic membuat mereka merasa lebih baik," kata Black.

Peneliti memelajari otak dari 103 anak penderita sindrom tourette dengan 103 anak lain yang seusia dan berjenis kelamin sama, namun tanpa sindrom tourette. Hasil scan dari anak-anak penderita sindrom tourette menunjukkan bagian thalamus, hypothalamus dan otak tengahnya lebih abu-abu dibandingkan anak tanpa gangguan tourette. Materi abu-abu ini ditemukan di bagian otak untuk memproses informasi, terutama di sel-sel, seperti neuron, sel glial dan dendrit, serta akson yang bertugas mengantar sinyal.

Otak anak-anak sindrom tourette juga mengandung materi putih seperti kabel. Ini terdiri atas akson yang dilapisi dengan myelin dan mengirimkan sinyal ke materi abu-abu. Materi putih ini kurang bisa menerima sensasi, kurang efisien menerima transmisi dan kurang bagus mengirimkan sinyal tambahan.

Penelitian ini, Black mengatakan belum menceritakan apa yang terjadi sehingga otak anak tourette terlihat seperti itu. Apakah ada sel hilang di tempat tertentu, atau sel-sel mengecil, peneliti masih mencari tahu jawabannya.

Black mengatakan timakan mereplikasi temuan ini pada jumlah pasien atau responden lebih besar. Ini untuk mengidentifikasi terapi yang lebih efektif untuk proses penyembuhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement