Selasa 29 Nov 2016 17:49 WIB

Kertas Nasi Ternyata tak Aman bagi Kesehatan

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andi Nur Aminah
Kertas untuk membungkus nasi
Foto: Maksindo
Kertas untuk membungkus nasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pembungkus makanan styrofoam, sudah banyak yang mengetahui berbahaya bagi kesehatan. Bahkan, di Kota Bandung styrofoam sudah dilarang. Namun ternyata, selain styrofoam, kertas nasi yang selalu dijadikan pembungkus makanan pun berbahaya bila dijadikan pembungkus.  

Menurut peneliti Pusat Penelitian Biomaterial LIPI, Lisman Suryanegara, berdasarkan riset yang dilakukannya bersama tim, jumlah bakteri yang terkandung dalam kertas pangan yang terbuat dari kertas daur ulang sekitar 1,5 juta koloni per gram. Sedangkan rata-rata kertas nasi yang umum digunakan beratnya 70 hingga 100 gram.

"Itu artinya ada sebanyak 105 juta hingga 150 juta bakteri yang terdapat di kertas tersebut," ujar Lisman dalam acara roadshow food safety packaging,  Selasa (29/11).

Lisman mengatakan, kandungan mikroorganisme di kertas daur ulang memiliki nilai tertinggi dibandingkan jenis kertas lainnya. Di antaranya, ada mineral oil, lilin, dan logam berat. Bahkan, ternyata kandungannya cukup besar. Karena, kertas nasi itu dibuat dari kertas daur ulang. Walaupun ada pelapis seperti plastik, namun kalau digunakan membungkus makanan panas tetap akan bereaksi. "Zat-zat itu, tentu akan bermigrasi kalau digunakan untuk makan panas dan berkuah," katanya.

Menurut Lisman, zat-zat kimia tersebut pun akan berdampak negatif terhadap tubuh manusia bila digunakan. Karena dapat memicu berbagai penyakit seperti kanker, kerusakan hati dan kelenjar getah bening, mengganggu sistem endokrin, gangguan reproduksi, meningkatkan risiko asma, dan mutasi gen.

Lisman menilai, kemasan makanan berbahan dasar kertas non daur ulang bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan penggunaan kemasan daur ulang dan styrofoam. Kemasan kertas non daur ulang, baik untuk konsumen, makanan dan lingkungan. “Seperti di luar negeri trennya sudah seperti itu," katanya.

Jadi, kata dia, untuk mengurangi limbah di luar negeri kebanyakan mengunakan kemasan biodegradable. Karena, selain mudah diurai juga sudah memiliki standar keamanan.

Menurut Foopak Technical Expert, Atul Tyagi, pihaknya menggelar rangkaian roadshow food safety packaging dengan menghadirkan beberapa nara sumber di bidang food safety. Di antaranya, Badan POM, LIPI, dan LPPOM MUI. Program ini, bertujuan untuk memberi edukasi kepada masyarakat untuk hidup sehat, salah satunya memilih kemasan pangan yang food grade dan higienis.

Sebagai alternatif lainnya, dia mengatakan, masyarakat dapat menggunakan kemasan pangan berkategori food grade yang seratus persen terbuat dari serat alami. Ciri-cirinya antara lain tampilan berwarna putih bersih, tidak berbintik-bintik, dan tidak tembus minyak. Di samping itu, karton food grade bersifat ramah lingkungankarena mudah terurai "Produk kami, bisa terurai dalam waktu 12 minggu kalau dikubur," katanya.

Produk Foopak, kata dia, dapat menjadi salah satu solusi dalam menghadirkan kemasan pangan yang aman dan higienis bagi para konsumen dan produsen makanan.

Tyagi mengatakan, produk Foopak telah teruji bebas dari bahan kimia berbahaya, bersertifikat Food and Drugs Administration (FDA), sudah memiliki sertifikasi ISEGS dan sertifikasi halal.

Produk Foopak juga, kata dia, di desain khusus untuk pengaplikasian makanan dengan keunggulan melindungi makanan dari kontaminasi dan juga ramah lingkungan. Selain itu, Foopak juga diklasifikasikan berdasarkan aplikasi pada makanan. Sehingga semua jenis makanan bisa tercover dengan baik dan aman.

Foopak pun, kata dia, kemasan makanan yang 100 persen biodegradable, memiliki kemampuan untuk menahan minyak, kemasan yang secara khusus dikembangkan untuk penyimpanan di lemari es. Selain itu juga kemasan yang didesain khusus untuk menjaga kualitas kesegaran makanan. "Produk kami pun sudah memiliki sertifikasi halal," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement