Jumat 30 Dec 2016 13:57 WIB

Gus Yusuf: Medsos tak Lagi Jadi Anugerah

Red: Agus Yulianto
Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan (tengah) bersama Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar (kedua kiri), Ketua DPW PKB JatengK.H. Muhammad Yusuf Chudlori (kiri), mantan Jubir Presiden Gus Dur KH Yahya Staqub (kedua kanan), dan Budayawan Sujiwo Tedjo (kan
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan (tengah) bersama Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar (kedua kiri), Ketua DPW PKB JatengK.H. Muhammad Yusuf Chudlori (kiri), mantan Jubir Presiden Gus Dur KH Yahya Staqub (kedua kanan), dan Budayawan Sujiwo Tedjo (kan

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Keberadaan media sosial (medsos), saat ini, tidak lagi sebagai anugerah, tetapi sebagai musibah. "Pasalnya, isi yang terkandung dlam medsos itu saling hujat, mencaci, dan saling menjelekkan," kata Pimpinan Pesantren Entepreneur API Tempuran, KH Yusuf Chudlori yang akrab dipanggul Gus Yusuf.

"Medsos sebenarnya anugerah kalau dimanfaatkan dengan baik, tetapi medsos juga bisa menjadi musibah ketika tidak dikelola dengan baik," katanya usai acara Haul ke7 Gus Dur di Pesantren "Entepreneur" API Tempuran, Kabupaten Magelang, Jumat dini hari.

Menurut dia, medsos sekarang penuh dengan sampah caci maki dan saling hujat. Maka, dalam kegiatan dengan tema Zuhud Sosial Media "Temu Fisik untuk Kesehatan Medsos" ini, pihaknya mengingatkan, untuk memanfaatkan anugerah Tuhan ini untuk merekatkan, bukan untuk memecah belah.

"Zuhud artinya menahan diri, jadi kita bermain medsos oke, tetapi tetap dengan pikiran waras dan kontrol diri," katanya.

Gus Yusuf mengatakan, melalui kegiatan ini, pihaknya mengajak masyarakat untuk kembalikan semangat Gus Dur. Gus Dur sudah meninggal tetapi semangatnya, spiritnya tetap hidup. Dia menuturkan, Gus Dur banyak meninggalkan jejak dan kontribusi yang luar biasa bagi republik ini, terutama soal kemanusiaan dan harmonisasi antaragama.

"Indonesia yang sedang mengalami beberapa persoalan yang mengusik tentang kebhinnekaan, orang pasti akan teringat Gus Dur," katanya. Kata Gus Yufus, ketika ada minoritas yang terpinggirkan pasti orang teringat Gus Dur, karena Gus Dur tokoh yang berani pasang badan untuk membela kaum minoritas.

Ia mengatakan dalam haul ini diwujudkan dalam pentas seni, karena Gus Dur itu merefleksikan semua orang. "Para ulama, budayawan senang Gus Dur, petani juga merasa dilindungi Gus Dur, maka semua berhak mengekpresikan kecintaan pada Gus Dur dengan bahasa sendiri-sendiri," katanya.

Para santri di Tegalrejo, katanya, melakukan kataman Alquran dan para budayawan di sini mengekspresikan cinta Gus Dur dengan bahasa budaya. Pada haul tersebut diisi dengan pentas seni, antara lain dengan pertunjukan musik Jodho Kemil, musik Rizal Bay Khaqi dari Yogyakarta, Endah Laras dari Solo, dan penampilan sejumlah sanggar seni di Kabupaten Magelang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement