Sabtu 14 Jan 2017 14:15 WIB

Tarif STNK dan Listrik Kerek Inflasi

Red:

JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyebutkan pergerakan inflasi pada awal tahun ini mengalami cenderung meningkat dibandingkan akhir tahun 2016. Inflasi bergerak naik karena adanya kenaikan tarif dasar listrik dan tarif kepengurusan surat tanda nomor kendaraan (STNK).

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, berdasarkan pemantauan pada pekan pertama 2017, inflasi berada pada level 0,74 persen terhadap bulan sebelumnya atau month to month (mtm). "Sedangkan, inflasi year on year (dibandingkan periode sama tahun lalu), sebesar 3,26 persen," kata Perry di gedung Bank Indonesia, Jumat (13/1).

Perry mengatakan, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi Desember 2016 yang sebesar 3,02 persen yoy. Perry menuturkan, penyebab tingginya inflasi pekan pertama Januari 2016 ini karena kenaikan komponen inflasi dari harga-harga yang diatur pemerintah atau administered prices.

Beberapa faktor dari administered prices antara lain kenaikan biaya administrasi STNK yang menyumbang inflasi sebesar 0,25 persen. Sedangkan, tarif dasar listrik menyumbang sebesar 0,11 persen.

"Sementara, untuk yang lain masih relatif terkendali. Kami melihat inflasi inti masih terkendali,"kata Perry. Menurut Perry, pergerakan inflasi masih dalam radar bank sentral. Dia meyakini dampak dari kenaikan biaya administrasi STNK dan tarif listrik hanya bersifat sementara.

Jika melihat komponen inflasi inti, juga sesuai dengan prediksi yang dijaga BI. Ia menambahkan, inflasi inti yang terkendali karena memang permintaan masyarakat mulai meningkat, tetapi masih bisa dipenuhi oleh pasokan dan produksi dalam negeri, sehingga tidak menimbulkan gejolak yang bisa mengerek harga barang.

"Terbukti inflasi inti relatif terkendali, yang menunjukkan permintaan dalam negeri naik, tapi tercukupi kebutuhan produksi dalam negeri," kata dia.

Sebelumnya, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada kepolisian. Peraturan Pemerintah tersebut mengatur kenaikan tarif administrasi Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), dan Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dengan besaran yang bervariasi per 6 Januari 2017.

Sedangkan, tarif listrik mengalami kenaikan untuk pelanggan rumah tangga 900 VA seiring kebijakan pemerintah yang mulai mencabut subsidi listrik untuk golongan tersebut.

Pemerintah mencabut subsidi listrik untuk 18,7 juta pelanggan 900 VA. Penghilangan subsidi ini disebabkan para pelanggan yang menggunakan daya 900 VA lebih banyak yang tidak masuk golongan masyarakat tidak mampu.

Rupiah

Berbeda dengan pergerakan inflasi, Bank Indonesia (BI) menilai pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau dalam kondisi stabil pada awal tahun ini.

Perry Warjiyo menjelaskan, rupiah cukup stabil karena faktor sentimen positif dalam negeri. Sentimen positif tersebut datang dari cadangan devisa, neraca perdagangan dan neraca pembayaran yang membaik.

Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Desember 2016 tercatat sebesar 116,4 miliar dolar AS, lebih tinggi dibanding dengan posisi akhir November 2016 yang sebesar 111,5 miliar dolar AS.

Selain itu, menurut Perry, pada awal 2017 ini aliran modal masuk terus mengalami kenaikan. Jumlahnya mencapai Rp 9 triliun atau 700 juta dolar AS hingga 9 Januari.

"Itu berkontribusi pada stabilitas kurs. Diketahui rupiah bergerak relatif stabil dan hari ini cenderung menguat," ujarnya. Kemarin, bergerak menguat di kisaran Rp 13.308 per dolar AS. Menurut Perry, faktor lain yang mendukung kestabilan kurs adalah suplai valuta asing yang juga mencukupi dan permintaannya di dalam negeri berkembang dengan baik.

Neraca perdagangan Desember 2016 juga diperkirakan akan meningkat. Perry menuturkan, adanya perbaikan ekspor dibandingkan bulan lalu karena kenaikan harga komoditas, baik batu bara, dan kelapa sawit. Bahkan, ekspor manufaktur juga naik, baik tekstil maupun kendaraan bermotor. Sehingga, surplus neraca perdagangan Desember 2016 diperkirakan masih dalam tren positif.

"Kalau kinerja ekspor juga membaik, itu menunjukkan kegiatan ekonomi membaik," kata Perry.

Dari sisi global, Perry menilai apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah AS atau bank sentral AS The Fed sudah diekspektasi oleh pasar. "Apa yang dilakukan AS sudah diantisipasi pasar, baik faktor domestik maupun dalam negeri menunjukkan faktor positif bagi kurs," ujarnya.

Berdasarkan Bloomberg, pada perdagangan kemarin, rupiah ditutup di level Rp 13.338 per dolar AS atau mengalami penguatan dari perdagangan hari sebelumnya yang berada pada level Rp 13.281 per dolar AS.      rep: Idealisa Masyrafina, ed: Satria Kartika Yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement