Rabu 18 Jan 2017 15:00 WIB

Pemerintah Klaim Siap Hadapi Trump Effect

Red:

JAKARTA -- Para pengambil kebijakan pada sektor ekonomi meyakini perekonomian Indonesia telah siap mengantisipasi kebijakan Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump. Trump akan dilantik pada 20 Januari 2017 mendatang.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, kebijakan Trump memang bisa memberikan dampak besar terhadap perekonomian dunia. Namun, Darmin meyakini efek Trump pada ekonomi Negeri Paman Sam belum akan terasa dalam waktu dekat.

"Kita gak percaya. Tidak yakin bahwa ekonomi suatu negara dalam jangka pendek satu sampai dua tahun bisa diubah satu orang (Trump)," kata Darmin usai menghadiri Rapat Terbatas terkait Reformasi Hukum di Istana Negara, Jakarta, Selasa (17/1).

Menurut dia, pemerintah akan melihat terlebih dahulu program dan kebijakan yang nantinya benar-benar dijalankan pemerintahan AS di bawah kendali Trump. Akan tetapi, dia menilai kebijakan AS tidak akan banyak berpengaruh pada target pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pada tahun ini, pemerintah menargetkan ekonomi Indonesia tumbuh antara 5,2 persen sampai 5,4 persen. Berbekal beragam stimulus yang digelontorkan, target tersebut diyakini bisa dicapai.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, ketidakpastian global yang dihadapi saat ini bukan sesuatu yang baru. Oleh karena itu, Sri menekankan pentingnya membangun persepsi positif dari dalam negeri.

Dalam menghadapi gejolak politik dan ekonomi pascapelantikan Trump, Sri menilai Indonesia sudah lebih siap lantaran fundamental ekonomi yang kuat.

"Optimisme jauh lebih kuat. Sentimen pasar bisa berbeda, namun kita tak boleh berlebihan. Kita harus melihat bahwa Indonesia punya modal kuat di domestik untuk meredam gejolak," kata dia.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan, pemerintah di berbagai negara di dunia menyadari ekonomi global sedang bertransformasi. Ini ditandai fenomena Brexit hingga pelantikan Trump.

"Tapi terkait dengan AS, lingkungan global menunjukkan bahwa masih banyak ketergantungan kepada mereka. Namun, Indonesia punya modal 250 juta penduduk. We have a good big market," ujar Suahasil.

Modal berupa pasar yang sangat besar, lanjut Suahasil, bisa menjadi modal pendorong pertumbuhan ekonomi. Apalagi, pemerintah sedang fokus mengarahkan pertumbuhan pada sektor pengolahan atau manufaktur.

Selama ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bertumpu pada sektor konsumsi. Suahasil menambahkan, Indonesia belum bisa bertumpu pada sektor perdagangan lantaran terpukul harga komoditas dalam dua tahun terakhir.

"Indonesia harus mendiferensiasi sumber pertumbuhan. Juga, dengan kebijakan fiskal dan moneter, termasuk reformasi struktural," kata Suahasil.

Sederet kebijakan yang dijanjikan Trump semasa kampanye diyakini akan segera dieksekusi, salah satunya adalah kebijakan proteksionisme terhadap negara lain.

Itu berarti jumlah dan jenis barang dari negara lain yang masuk ke Negeri Paman Sam akan berarti. Indonesia banyak mengekspor produk manufaktur maupun tekstil ke AS, maka kebijakan Trump akan memberi dampak.

"Itu akan berpengaruh pada kinerja manufaktur kita," ujar ekonom SKHA Consulting, Eric Sugandi.      

rep: Debbie Sutrisno, Sapto Andika Candra, Iit Septyaningsih, ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement