Jumat 20 Jan 2017 09:10 WIB

DIY Perlu Buat Panduan Soal Intervensi Pariwisata

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kawasan wisata Taman Tebing Breksi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Foto: youtube
Kawasan wisata Taman Tebing Breksi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu destinasi wisata strategis memiliki segudang potensi pariwisata yang masih dapat dikembangkan. Meski demikian aset wisata tersebut rentan dan perlu dirawat. Karena itu, pemerintah harus menetapkan aturan yang jelas untuk menjaga kelestarian area-area unggulan wisata.

“Perlu membuat panduan mengenai intervensi destinasi itu gimana, intervensi desain, siapa yang boleh datang. Pemerintah harus menunjukkan keberpihakan pada pariwisata, kita mau menjadikan Yogyakarta itu untuk lahan pariwisata yang seperti apa,” tutur pengamat pariwisata UGM, Laretna T. Adishakti.

Ia memaparkan, pengelolaan unggulan pariwisata di Yogyakarta juga harus memperhatikan prinsip kelestarian. Provinsi DIY, menurutnya, memiliki aset-aset unggulan dengan nilai pariwisata yang tinggi. Mulai dari bentang pesawahan Kulon Progo hingga kekayaan ekologi di Gunung Kidul. Namun, semua aset ini belum dikelola secara tepat.

“Kita itu sebenarnya ngeri. Kayaknya semua orang diterima datang ke Jogja. Padahal Jogja harus bisa menentukan siapa yang layak datang ke Jogja, dan orang yang datang ke Jogja harus bisa diatur oleh Jogja, karena aset yang kita punya itu rentan dan harus dirawat,” ujar pria yang akrab disapa Sita itu.

Adapun sembilan unggulan pariwisata di DIY meliputi nilai mahakarya ekologi, nilai mahakarya kepurbakalaan, nilai filosofi, nilai keragaman budaya, nilai ke-Indonesia-an, nilai pendidikan, nilai mahakarya seni dan budaya tradisi dan kontemporer, nilai kerakyatan, serta nilai sistem budaya pertanian. Aset unggulan inilah yang menjadi pusaka milik Yogyakarta dan harus dilestarikan.

Lebih lanjut ia menjelaskan, pemahaman pelestarian pusaka pada dasarnya telah berkembang jauh. Pelestarian pusaka tidak hanya dalam bentuk pengawetan pusaka saja, tetapi juga merupakan pengelolaan perubahan, suatu perubahan yang dilakukan secara selektif.

Ia menyebutkan fenomena yang bisa ditemukan di berbagai negara di dunia yang mampu mengembangkan pusaka sebagai ruang kehidupan yang inovatif dan kreatif, seperti kota Kawagoe di Jepang. Menurut Sita, kreativitas dan inovasi yang muncul dari warga lokal menjadi motor yang menggerakkan pengembangan pariwisata daerah.

Menilik potensi daerah dan kreativitas yang dimiliki oleh DIY, Sita optimis bahwa Yogyakarta dapat berkembang sama seperti berbagai kota di dunia yang telah sukses mengembangkan aset-aset pusakanya. Maka itu, ia meminta berbagai pihak, baik pemerintah daerah, warga lokal, maupun pihak swasta untuk mengelola pariwisata Yogyakarta.

“Pariwisata Yogyakarta itu harus spesial. Karena orang Yogyakarta itu inovator, kreator, tapi juga pelestari. Bukan follower," ujar Sita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement