Rabu 15 Mar 2017 13:11 WIB

BMKG: Fenomena Equinox tak Perlu Dikhawatirkan

Red: Andi Nur Aminah
Matahari bersinar terik saat fenomena Equinox (ilustrasi)
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Matahari bersinar terik saat fenomena Equinox (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap fenomena equinox. Fenomena alam ini  yaitu saat matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa. Kepala Stasiun Koordinator BMKG Sumatera Barat, Rahmat Triyono mengatakan fenomena equinox adalah hal rutin yang terjadi dua kali setahun pada Maret dan September.

"Terkait adanya isu yang menyatakan suhu meningkat hingga 40 derajat Celcius itu tidak benar, memang ada peningkatan suhu namun maksimal hanya sekitar 32 derajat Celcius hingga 36 derajat Celcius," kata Rahmat Triyono di Padang, Rabu (15/3).

Ia menjelaskan Equinox merupakan fenomena astronomi yang terjadi ketika matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa. Sehingga pada saat fenomena ini berlangsung, durasi siang dan malam di seluruh bagian bumi relatif hampir sama, termasuk pada wilayah subtropis di bagian Utara maupun Selatan.

Fenomena tersebut tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis. "Karena equinox bukan merupakan fenomena seperti heatwave yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah, yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahan lama," ujarnya.

Ia mengakui salah satu dampak yang kerap kali muncul saat terjadi fenomena equinox adalah terjadinya peningkatan suhu udara hingga 32-36 derajat Celcius karena meningkatnya tingkat penguapan. Selain itu ia menambahkan, secara kecuacaan dampak equinox akan meningkatkan suhu maksimal pada siang hari namun peningkatan yang terjadi tidak signifikan karena dari data lima tahun terakhir berkisar 31 hingga 32 derajat Celcius pada pukul 12.00 hingga 14.00 WIB.

Sementara kepala Seksi dan Informasi BMKG Ketaping, Budi Samiaji menyampaikan potensi penguapan di wilayah perairan Sumatra Barat akan meningkat sehingga hal ini berpotensi terhadap pertumbuhan awan hujan terutama di pesisir pantai, kata dia. 

Ia menyebutkan potensi awal adalah berpotensi terjadinya hujan sedang hingga lebat pada tanggal 20 hingga 23 Maret 2017. Terutama di Sumatra Barat bagian Barat dan bagian tengah.

"Hal ini juga didukung dari data hujan lima tahun terakhir pada tgl 20 hingga 23 Maret, rata-rata curah hujan pada tanggal tersebut diatas 50 milimeter," katanya. Ia menambahkan curah hujan tinggi diatas bisa saja memicu bencana namun perlu dilihat faktor lain seperti pasang air laut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement