Rabu 15 Mar 2017 15:38 WIB

Mengatasi Limbah dengan Teknologi Hijau

Rep: Santi Sopia/ Red: Yudha Manggala P Putra
Limbah pasar berupa buah dan sayuran busuk, ilustrasi
Foto: Wordpress
Limbah pasar berupa buah dan sayuran busuk, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pencemaran lingkungan, khususnya berasal dari limbah indsutri saat ini dinilai menjadi persoalan serius, tidak hanya terjadi pada skala lokal namun juga regional. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun pelaku bisnis.

Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr.-Ing. Ir. Suprihatin, berbagai peraturan lingkungan yang ketat juga membuat penanganan dan pembuangan limbah industri menjadi semakin sulit dan mahal. Tekanan regulasi dan biaya lingkungan tersebut menghambat pendirian industri baru atau mengancam keberlanjutan industri yang sudah ada. Inovasi teknologi hijau diyakini mampu membantu memecahkan masalah tersebut.

Teknologi hijau menawarkan solusi prospektif bagi pemecahan masalah pertumbuhan industri dan lingkungan, melalui penghematan dan substitusi penggunaan input bahan dan energi tak terbarukan, produksi barang dan jasa ramah lingkungan dan meminimumkan emisi (padat, cair dan gas).

“Teknologi hijau sekarang ini bahkan telah menjadi kecenderungan dan bergerak ke arah paradigma baru,” ujar Suprihatin, Rabu (15/3).

Ia mengatakan, teknologi hijau menawarkan solusi mendasar untuk pengelolaan lingkungan modern, dengan mengeliminasi sumber masalahnya. Teknologi ini lebih menekankan pada pencegahan dan pengurangan terjadinya pembentukan polutan dan pencegahan terjadinya pencemaran (green process).

Selain itu, desain pro lingkungan (green design) baik dematerialisasi (doing or producing more with less) maupun daur ulang internal dan eksternal untuk menciptakan, mengembangkan, dan mempromosikan daur material pada skala praktik industri.

Dengan demikian, teknologi hijau dan prinsip ekologi industri melalui pencegahan pencemaran, menutup siklus material untuk efisiensi penggunaan material dan energi. Konsep ekologi industri merupakan konsep dan pendekatan penting dalam pembangunan industri berkelanjutan.

Ia mencontohkan penerapan teknologi hijau di bidang agroindustri memiliki potensi yang besar, yakni mencakup teknologi bahan baru, energi baru/terbarukan, teknologi proses dan sistem, serta teknologi pemanfaatan/pengolahan limbah atau residu.

Dengan teknologi kemurgi, kata dia, biomassa pertanian yang melimpah dapat ditransformasikan menjadi produk industri non-pangan dan energi terbarukan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan ramah lingkungan. Beberapa contoh produk kemurgi, seperti bioenergi, furfural, butanadiol, butadiena, etil laktat, alkohol lemak, gliseril, isoprena, asam laktat, propanadiol, propilen glikol, dan produk oleokimia dan sukrokima lainnya.

"Produk-produk ini bisa menjadi substitusi bahan kimia sejenis yang diturunkan dari bahan petroleum sehingga mengurangi ketergantungan pada minyak bumi,” terang Guru Besar Tetap Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB ini.

Ia juga menjelaskan, kelapa sawit termasuk salah satu industri pertanian yang mendapatkan tekanan isu lingkungan sangat kuat, terutama tekanan dari luar negeri. Produk turunan kepala sawit Indonesia digolongkan sebagai tidak ramah lingkungan sehingga tingkat daya saingnya menjadi berkurang di tingkat internasional.

Salah satu penyebabnya adalah limbah cair yang dihasilkan. Emisi metana yang dihasilkan dari dekomposisi limbah kelapa sawit dapat direduksi dan memungkinkan biogasnya dapat digunakan sebagai bahan energi terbarukan (pembangkit tenaga listrik).

Pada industri minyak kelapa sawit kasar dengan kapasitas 1,7 juta ton tandan buah segar (TBS) per tahun (setara kapasitas pabrik Crude Palm Oil di seluruh Provinsi Lampung), dapat menghasilkan listrik 42-67 juta kWh, dan mereduksi sekitar 300.000 ton CO2 per tahun. Ini setara dengan penyerapan karbondioksida oleh sekitar 28.273 hektare hutan lestari per tahun atau sebanyak 9,7 juta pohon trembesi selama setahun.

Menurut Prof. Suprihatin, CPO Indonesia dan turunannya tidak masuk dalam kategori produk ramah lingkungan, sehingga bea masuk yang dikenakan sebesar 13,5 persen. Jika masuk dalam kategori ramah lingkunang maka bea masuknya sebesar 0-5 persen.

“Jika CPO Indonesia masuk kategori ramah lingkuan maka terdapat potensi penghematan sebesar USD 88-239 juta (setara 1,2-3,3 Trilyun) per tahun,” ujarnya.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اِنَّ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمٰتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ وَالْقٰنِتِيْنَ وَالْقٰنِتٰتِ وَالصّٰدِقِيْنَ وَالصّٰدِقٰتِ وَالصّٰبِرِيْنَ وَالصّٰبِرٰتِ وَالْخٰشِعِيْنَ وَالْخٰشِعٰتِ وَالْمُتَصَدِّقِيْنَ وَالْمُتَصَدِّقٰتِ وَالصَّاۤىِٕمِيْنَ وَالصّٰۤىِٕمٰتِ وَالْحٰفِظِيْنَ فُرُوْجَهُمْ وَالْحٰفِظٰتِ وَالذَّاكِرِيْنَ اللّٰهَ كَثِيْرًا وَّالذَّاكِرٰتِ اَعَدَّ اللّٰهُ لَهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا
Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.

(QS. Al-Ahzab ayat 35)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement