Ahad 07 May 2017 15:23 WIB

Treking Sungai dan Belajar 12 Olahan Salak di Dewi Pulesari

Red: Andi Nur Aminah
Desa Wisata Pulesari
Foto: Istimewa
Desa Wisata Pulesari

REPUBLIKA.CO.ID, 

YOGJAKARTA  -- Air sungai yang jernih mengalir nyaman di sungai yang ada di kanan-kiri Pulesari. Pohon-pohon salak pondoh tumbuh merata di semua kebun warga. Rumah-rumah warga berjejer memanjang dipisahkan oleh jalan aspal mulus. Sapaan warga yang ramah dan Gunung Merapi tampak kokoh berdiri begitu dekat, serasa hanya berada di ujung jalan. 

Suasana seperti itulah yang akan dirasakan oleh siapa pun yang datang ke Pulesari, Wonokerto, Turi kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebuah anugerah yang bisa disyukuri oleh seluruh warga Desa Wisata Pulesari. 

Mereka ingin berbagi kebahagiaan tinggal di Lereng Merapi, di ketinggian 400 hingga 900 meter di atas permukaan laut itu kepada lebih banyak orang. Maka pada 9 November 2012 lalu, mereka sepakat meluncurkan Pulesari sebagai Desa Wisata Budaya dan Tradisi.

Di kawasan ini, penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Ada kegiatan rutin tradisi tahunan yaitu Upacara Adat Pager Bumi yang selalu dilaksanakan setiap bulan Sapar Rabu Pungkasan. Kesenian lokal seperti kubro siswo, tari salak, jathilan, karawitan, bisa dinikmati di Pulesari.

Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa wisata. Dengan sedikit polesan, penambahan sarana dan prasarana bermain, mempercantik lingkungan, berubahlah Pulesari sebagai Dewi Pule, singkatan dari Desa Wisata Pulesari.

Memanfaatkan sungai jernih yang hanya berjarak 200 hingga 300 meter terpisah jalan dan kebun salak, dilengkapilah sarana outbond, fun game maupun treking. 

Kemudian kekayaan berupa kebun salak pondoh dijadikan inspirasi untuk menjadi atraksi. Selain wisata memetik salak, kemudian dibuatlah paket mengolah salak menjadi berbagai produk olahan.

“Ada 12 olahan salak yang dikembangkan di sini. Di antaranya dodol salak, bakpia, wingko, enting-enting, kerupuk, nastar, madumongso, bakwan, sambal, oseng-oseng, nogosari dan kolak,” ujar Didik Irwanto, Ketua Desa Wisata Pulesari.

Apa yang disajikan Dewi Pule ternyata sangat diminati. Treking sungai dan belajar 12 olahan salak pondoh menjadi favorit. Kini, ratusan orang, mulai dari anak-anak SD, siswa SMP dan SMA, para mahasiswa maupun pekerja kantoran, berdatangan ke Pulesari. Ada yang hanya satu hari beraktivitas di sini, banyak pula yang menginap. 

Di kawasan ini sudah tersedia 46 homestay. Ke-46 homestay itu bisa menampung hingga 600 orang rombongan di Dewi Pule.

Sejumlah paket bermain maupun live in dengan harga yang sangat hemat bisa didapat di Dewi Pule. Sewa homestay mulai dari sewa satu homestay untuk 10 orang dengan harga Rp 150 ribu (hanya Rp 15 ribu per orang) hingga yang satu kamar Rp 50 ribu untuk dua orang tersedia di sini.

Paket bermain atau satu hari di Pulesari mulai dari Paket Tradisi seharga Rp 50 ribu (minimal 25 pax) hingga yang seharga Rp 100 ribu (minimal 25 pax). Murahnya paket one day tour seharga Rp 50 ribu bisa dilihat dari fasilitas yang akan diperoleh yakni welcome drink (jahe sereh), snack satu kali, fun game, ice breaking, outbound, bumbung bocor, jembatan goyang, titihan bambu, serta makan dan minum sekali.

Sedangkan paket live in, mulai dari Paket Tradisi seharga Rp 175 ribu (minimal 25 pax) hingga harga Rp 265 ribu (minimal 25 pax). Paket seharga Rp 175 ribu ini juga sangat murah karena akan mendapatkan fasilitas welcome drink, snack dua kali, makan–minum tiga kali (malam, pagi, siang), pertunjukan seni, menginap di homestay, senam, outbound, bumbung bocor, jembatan goyang, dan titihan bambu.

Menginap di Pulesari, berarti para pengunjung pun turut merasakan suasana pedesaan yang masih asli dengan berinteraksi langsung dengan masyarakat. Ada enam pendopo yang tersebar di desa wisata ini. Pendopo-pendopo inilah yang dipakai untuk kegiatan tamu. Makan bersama untuk tamu disediakan di pendopo-pendopo ini. 

Makanan untuk tamu disiapkan oleh ibu-ibu kelompok Dasa Wisma. “Jadi semuanya terlibat karena Desa Wisata Pulesari memang dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Pariwisata harus menyejahterakan warga,” tegas Didik.

Jadi, ada banyak alasan untuk datang dan menginap di Dewi Pule, desa wisata yang pernah mendapatkan Juara I Tingkat Kabupaten Sleman Tahun 2014. Dewi Pule juga merupakah salah satu perwakilan dari Yogyakarta berpartisipasi dalam mengikuti Community Based Tourism (CBT) Award ASEAN. 

Menteri Pariwisata Arief Yahya makin yakin bahwa Sleman, Yogyakarta bisa melompat lebih tinggi dalam memajukan desa wisata dengan homestay-nya. "Kesadaran sebagai Kota Wisata, Kota Seni Budaya dan Kota Pendidikan pun sangat kuat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement