Aksesibilitas Wisata Dieng Dinilai Belum Penuhi Syarat

Senin , 24 Jul 2017, 15:11 WIB
Telaga Warna salah satu objek wisata di dataran tinggi Dieng.  (foto : Wisnu Aji Prasetiyo)
Telaga Warna salah satu objek wisata di dataran tinggi Dieng. (foto : Wisnu Aji Prasetiyo)

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Pengembangan destinasi wisata di Dàtaran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, memerlukan sinergitas antara Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Hal ini mengingat akses jalan menuju lokasi dinilai masih belum memenuhi syarat sebagai destinasi pariwisata nasional.

 

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih mengatakan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) yang datang akan jauh dari target yang ingin dicapai apabila aksesibilitasnya masih seperti sekarang. "Perlu didesak mengenai pengerjaan pembangunan jalan tol Jakarta-Semarang, selain itu harus juga difasilitasi akses jalan dari Tol menuju kawasan wisata strategis nasional," ujar Fikri dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (24/7).

 

Menurut dia, semua problematika yang dihadapi tersebut tidak akan menjadi suatu masalah jika semua pihak, dalam hal ini kementerian-kementerian terkait dapat duduk bersama. Apabila setelah sinergitas antar-kementerian masih terdapat masalah, maka dapat menggandeng pihak swasta.

"Namun dengan catatan jangan sampai menimbulkan penilaian miring seperti yang pernah ada sebelumnya, misalnya hanya akan membesarkan swasta dan masyarakatnya ditinggalkan tanpa mendapat manfaat apapun," kata politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.

Fikri menyebut, apabila bidang pariwisata ingin dijadikan andalan penerimaan devisa negara, maka pemerintah harus bisa memenuhi unsur aksesibilitas, amenitas atau sarana penunjang, dan atraksi. Sementara itu, untuk Kawasan Wisata Candi Borobudur, Fikri menilai sudah ada perkembangannya, meskipun masih ada tuntutan dari badan pengelola kawasan candi tersebut.

Ke depannya, kata dia, peran masyarakat akan lebih diberdayakan. Misalnya untuk mengelola rumah penginapan dan sebagainya. "Jangan sampai ada lagi pandangan negatif yang mengatakan bahwa ada candi yang dijuluki sebagai salah satu keajaiban dunia tetapi masyarakatnya hanya menjadi tukang parkir dan tukang asongan," kata dia.