Selasa 25 Jul 2017 08:29 WIB

UII Ajak Warga Ubah Limbah Jamur Tiram Jadi Energi

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Jamur Tiram
Jamur Tiram

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tim Iptek bagi Masyarakat (IbM) Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII), mengenalkan teknologi untuk mengolah limbah jamur tiram. Mereka mengajarkan pengolahan limbah baglog itu menjadi kompos dan bio-briket kepada warga Desa Demangrejo Sentolo.

Tim terdiri dari Awan Setya Dewanta, Prof Edy Suandi Hamid dan Ari Rudatin. Walau mash skala kecil dan memakai waktu di luar budidaya padi dan bawang, pendapatan tambahan jamur tiram telah dirasakan, mengingat budidaya jamur dapat dilakukan kapan saja dan relatif mudah, serta tidak membutuhkan lahan luas.

Menurut Ari Rudatin, teknologi pengolahan kompos dan pembuatan buo-briket telah dilakukan banyak pihak yang dipraktikkan di banyak tempat. Karenanya, tim IbM UII hanya menjadi media yang menularkan dan ikut sosialisasikan teknologi pembuatan kompok dan bio-briket dari limbah baglog jamur tiram.

Sosialisasi, lanjut Ari, dilakukan tim IbM UII pada 20 Mei 2017 lalu. Ia memaparkan, limbah baglog dikeringkan, disirami secara merata dengan EM4 aktif sebanyak 0,2 persen dari limbah baglog. Campuran itu ditambahkan air agar menjadi lembab, dan disimpan di wadah plastik yang tertutup rapat 7-10 hari agar fermentasi.

"Setelah kompos, tim IbM FE UII bersama-sama peserta pelatihan melakukan penanaman sayuran dalam pot dengan media tanam kompos baglog dan arang sekam, dan hasil yang ditanam akan diolah jadi masakan untuk dikimati bersama," kata Ari melalui rilis yang diterima Republika, Senin (24/7).

Dalam pembuatan biobriket, bahan limbag baglog yang dikeringkan ditambah lem kanji encer sebanyak 10-15 persen dari limbah. Lalu, adonan itu dipres memakai alat pres tangan dan kaki demi mendapatkan biobriket yang padat. Kemudian, biobriket dijemur agar kering dan bisa dijadikan sebagai energi alternatif.

"Ibm FE UII menyumbang alat pres briket sederhana kepada peserta pelatihan," ujar Ari.

Selanjutnya, tim IbM FE UII bersama peserta melakukan uji coba lama nyala biobriket yang telah dibuat. Menurut Ari, pengenalan pembuatan kompos dan biobriket ini ditutup materi komunikasi bisnis dan pemasaran, yang dapat digunakan untuk mengembangkan pemasaran produk jamur, kompos dan biobriket.

Perkembangan permintaan jamur sendiri terus meningkat. Dari data Dinas Pertanian DI Yogyakarta, produksi jamur yang mencapai 1.396 ton pada 2014 menjadi 1.432 ton pada 2015 dengan luas areal panen 29,3 hektar. Perkembangan itu menarik Desa Demongrejo Sentolo membudidayakan jamur tiram.

Namun, perkembangan produksi telah membuat limbah baglog mulai mencemari lingkungan dan menimbulkan bau tidak enak, lantaran petani membuang limbahnya di pekarangan rumah sendiri. Hal ini yang tentu dapat menimbulkan masalah lingkungan dan sosial, sehingga menarik tim IbM FE UII untuk mengenalkan teknologi pengolahan limbah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement