Sabtu 29 Jul 2017 18:45 WIB

Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Pertama Diresmikan

Red: Nidia Zuraya
Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) bernama Leony di kandang di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD) di Dharmasraya, Sumatera Barat, Jumat (28/7).
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) bernama Leony di kandang di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD) di Dharmasraya, Sumatera Barat, Jumat (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, DHARMASRAYA -- Sebuah Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera ((Panthaera tigris sumatrae) yang pertama di Indonesia, yang digagas pihak swasta diresmikan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) Siti Nurbaya di Kabupaten Dharmasraya, Sumatra Barat.

"Ini pertama kali perusahaan swasta menggagas pusat rehabilitasi harimau sumatera, tentu pemerintah mengapresiasi atas kinerja-kinerja konservasi satwa seperti ini," katanya di Desa Mangunjaya, Nagari Lubuk Besar, Kecamatan Asam Jujuhan, Kabupaten Dharmasraya, yang berjarak 300 km dari Padang, Sabtu (29/7).

Menteri KLHK berada di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD) di Kabupaten Dharmasraya itu, setelah sebelumnya secara formal meresmikan di Desa Sei Talang, Nagari Talalo, Kabupaten Solok Selatan, Sumbar, yang berjarak 100 km dari Kabupaten Muaro Bungo, Provinsi Jambi.

PR-HSD yang merupakan Lembaga Konservasi Khusus (LKK) satwa harimau sumatera itu digagas oleh Dirut PT Tidar Kerinci Agung (TKA) Hashim Djojohadikusumo, yang memiliki hak guna usaha (HGU) di area hutan di Dharmasraya.

Peresmian PR-HSD itu juga diwarnai dengan pelepasan seekor harimau sumatera bernama "Leony" dari kandang perawatan (54 meter persegi) ke "enklosure" (kandang rehabilitasi (2.500 meter persegi), yang selanjutnya --setelah menumbuhkan naluri liarnya-- akan dilepasliarkan ke alam bebas sesuai habitatnya di hutan.

Menurut Siti Nurbaya, harimau sumatera adalah satu dari empat satwa endemik Indonesia, tiga lainnya orangutan, gajah dan badak, di mana dunia selalu memberi perhatian kepada Indonesia. "Karenanya, kita disarankan dunia untuk menjadi bagian penting dari upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup, termasuk penyelamatan satwa dari ancaman menuju kepunahan," tuturnya.

Dari catatan KLHK, kata dia, hingga Juli 2017 sudah ada empat ekor harimau mati, sedangkan gajah lima ekor, sehingga kondisi memrihatinkan itu harus menjadi tanggung jawab semua pihak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement