Rabu 02 Aug 2017 12:33 WIB

Dzikir Kebangsaan di Istana, Ini Kata Buya Syafii

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Presiden Joko Widodo (keempat kanan), Wapres Jusuf Kalla (kedua kanan), Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar KH Maimun Zubair, Ketua Umum MUI Maruf Amin, Tokoh Ulama Banten Abuya Muhtadi, dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (dari kedua kiri) mengikuti Dzikir Kebangsaan di Halaman Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (1/8) malam.
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Presiden Joko Widodo (keempat kanan), Wapres Jusuf Kalla (kedua kanan), Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar KH Maimun Zubair, Ketua Umum MUI Maruf Amin, Tokoh Ulama Banten Abuya Muhtadi, dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (dari kedua kiri) mengikuti Dzikir Kebangsaan di Halaman Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (1/8) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu tokoh Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif menanggapi acara Dzikir Kebangsaan yang diselenggarakan Majelis Dzikir HubbulWahton (MDHW) di Istana Negara, Selasa (1/8) malam. Buya Syafii tidak masalah jika Istana Negara menyelenggarakan kegiatan tersebut, namun ia memberikan catatan penting agar hal itu dievaluasi lagi.

"Menurut saya baik-baik saja, tapi jangan hanya sebatas seremoni. Tetapi semangat kebangsaan itu bukan hanya berzikir ya, tetapi dia melalalui pendidikan dari taman kanak-kanak sampai SMA, sampai perguruan tinggi," ujar Buya Syafii saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (1/8).

Menurut dia, kegiatan tersebut bukanlah hal yang sederhana dilakukan. Karena itu, Dzikir Kebangsaan itu diharapkan tidak hanya menjadi seremoni belaka, tapi juga harus melibatkan para pemangku kepentingan.

"Ini tidak sederhana menurut saya. Zikir itu boleh-boleh saja lah, tetapi tidak hanya itu. Asal jangan seremoni atau acara semacam show, tidak banyak gunanya, tapi oke bagi saya. Asal melibatkan semua stakeholder dalam pendiidikan maupun pesantren, ormas dan lain-lain. Saya rasa itu," ucap Mantan Ketua PP Muhammadiyah tersebut.

Buya pun memberikan catatan agar kegiatan tersebut dievaluasi lagi. Jika nantinya kegiatan tersebut memberikan manfaat yang besar untuk mengedepankan komitmen kebangsaan, maka tidak masalah jika Dzikir Kebangsaan itu dijadikan agenda tahunan Istana.

"Harus dievaluasi, ada manfaatnya atau tidak. Ini kan baru pertama. Kalau memang bagus dan ada dampak yang positif bagi bangsa ini untuk mengedepankan komitmen kebangsaan. Tapi kalau tidak, mungkin dicari cara lain lagi, cara lain saya katakan melalui pendidikan yang penting itu," kata Buya Syafii.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَشِحَّةً عَلَيْكُمْ ۖ فَاِذَا جَاۤءَ الْخَوْفُ رَاَيْتَهُمْ يَنْظُرُوْنَ اِلَيْكَ تَدُوْرُ اَعْيُنُهُمْ كَالَّذِيْ يُغْشٰى عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِۚ فَاِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوْكُمْ بِاَلْسِنَةٍ حِدَادٍ اَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِۗ اُولٰۤىِٕكَ لَمْ يُؤْمِنُوْا فَاَحْبَطَ اللّٰهُ اَعْمَالَهُمْۗ وَكَانَ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرًا
mereka kikir terhadapmu. Apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka kikir untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapus amalnya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah.

(QS. Al-Ahzab ayat 19)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement