Selasa 08 Aug 2017 10:25 WIB

Lulung Ungkap Kegelisahan ke Hamzah Haz Soal Konflik PPP

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Bayu Hermawan
Abraham Lunggana atau Lulung
Foto: Republika/Amri Amrullah
Abraham Lunggana atau Lulung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPW PPP DKI Jakarta, Abraham 'Lulung' Lunggana menyambangi kediaman sesepuh partai berlambang Ka'bah Hamzah Haz di kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (7/8). Maksud kunjungan Lulung tersebut untuk menyampaikan kegelisahannya, terkait dualisme kepengurusan di internal PPP yang hingga kini belum berkhir.

Lulung merasa perlu menyampaikan kegelisahan tersebut mengingat Pemilu akbar 2019 akan segera digelar. "Kami sampaikan ke beliau, bahwa konflik yang berkepanjangan ini membuat kami tidak bisa diam. Kegelisahan ini juga dirasakan para pemilih dan simpatisan PPP di seluruh Tanah Air," katanya, Selasa (8/8).

Kepada mantan Wakil Presiden RI itu, Haji Lulung juga menyampaikan kekhawatirannya kemungkinan PPP terseok-seok dan tak lolos parliamentary threshold atau ambang batas parlemen 4 persen di Pemilu Serentak 2019, akibat mesin partai yang masih terpecah belah. Karena itu pula, Lulung menyampaikan rencananya untuk membentuk 'Majelis Ash-Shuraa' sebagai wadah taktis penyelamat partai.

Majelis tersebut terdiri dari para pemilih PPP basis kultural se-Indonesia yang memiliki kesadaran bersama untuk memediasi perlunya digelar islah yang sungguh-sungguh dan bersifat permanen.

"Ternyata Pak Hamzah Haz juga sepemikiran dengan kami. Intinya, beliau menyambut positif dan mendukung selama itu bertujuan baik. Beliau ingin PPP bersatu dan solid seperti sedia kala," ucap Lulung.

Lulung juga memastikan, terbentuknya Majelis Ash-Shuraa' bukan dan tidak untuk menambah kubu baru di PPP. Lulung menjelaskan, majelis tersebut adalah majelis non struktural demi digelarnya rekonsiliasi yang spirit dan semangatnya untuk melebur dan membangun kekuatan.

"Ini non struktural. Prinsipnya, kami ingin sebelum 2019 segera digelar rekonsiliasi yang spirit dan semangatnya untuk melebur dan membangun kekuatan, bukan adu kuat. Sebab, kalau adu kuat pasti berujung pecah belah. Selama ini kan rekonsiliasinya semu, dan terkesan hanya satu pihak," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement