Senin 28 Aug 2017 14:37 WIB

Animo Mahasiswa Ikuti INUSHARTS Kedua Meningkat

Red: Winda Destiana Putri
Universitas Indonesia
Foto: antara
Universitas Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan The 2nd International Young Scholars Symposium of Humanities and Arts (INUSHARTS) pada tanggal 28 – 30 Agustus 2017 di kampus FIB. Simposium ini sangat istimewa karena menyediakan kesempatan langka bagi mahasiswa sarjana tingkat akhir yang tengah menyusun maupun telah menyelesaikan skripsinya.

"Mereka diberikan kesempatan untuk mempresentasikan ide maupun wawasan terkait situasi terkini di bidang studi masing-masing berdasarkan visi mereka dan penelitian yang dilakukan," jelas Dekan FIB UI Dr. Adrianus L.G. Waworuntu, M.A. Para pembimbing mahasiswa akan hadir untuk memberikan masukan selama konferensi sebagai penulis koresponden, dengan demikian para mahasiswa akan lebih termotivasi.

Ketika pertama kali diselenggarakan tahun 2016, tercatat sebanyak 200 mahasiswa dan pembimbing tesis yang berpartisipasi. Animo mahasiswa meningkat tahun ini yang ditandai dengan penambahan jumlah partisipan maupun paper yang dipresentasikan. "Tahun ini ada lebih dari 300 partisipan dengan 175 paper yang akan dipresentasikan di simposium," kata Andrianus.

Ia menambahkan, melalui INUSHARTS akan dibangun dialog terbuka yang konstruktif mengenai isu-isu terkini di bidang seni dan kebudayaan. Simposium selama tiga hari ini akan menjadi ajang diskusi keilmuan yang melibatkan para pembicara ternama. Di samping itu, akan didengar juga suara para sarjana muda yang cemerlang dalam mempresentasikan tesis akhir mereka.

Dialog yang komprehensif diharapkan akan menambah pengetahuan yang baru dan berwawasan bagi para sarjana muda ini sebagai bekal sebelum mereka memulai tahap baru kehidupan selepas diwisuda. Transformasi dinamis bidang sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan yang terjadi sekarang merupakan imbas dari interaksi global. Akibatnya banyak aspek bidang studi seni dan budaya yang ikut berubah secara berkesinambungan dan menyediakan lebih banyak ruang untuk diteliti.

"Agar bisa terus sejalan dengan perubahan dan perkembangan yang cepat ini, para peneliti muda bidang budaya harus memiliki ruang sendiri untuk menyebarluaskan pengetahuan baru serta hasil penelitian," papar Adrianus. Dengan demikian mereka terhindar akan dari stagnasi. Selain itu, mereka juga harus berinteraksi dengan rekan peneliti baik dari Indonesia dan seluruh dunia, yang salah satunya akan bisa terbangun melalui INUSHARTS.

Simposium yang sepenuhnya didanai oleh UI ini mengkaji dua tema besar. Pertama, Expanding the Boundaries of the Humanities dan tema kedua adalah Bridging the World through Diversity. Keynote speaker pada simposium adalah  Prof. Sharmani Patricia Gabriel (University of Malaya) dan Dr. Nicholas Herriman (La Trobe University). "Paper yang lolos seleksi akan dipublikasikan dalam prosiding yang terindeks Scopus," tegas Adrianus.

Warek III Universitas Indonesia Bidang Riset dan Inovasi, Prof. Dr. rer. nat. Rosari Saleh, melihat peningkatan minat mahasiswa untuk mempresentasikan karya ilmiah mereka di forum terbuka sebagai sinyal positif untuk masa depan riset dan inovasi Universitas Indonesia.

"Ajakan mahasiswa ini dibantu guru pembimbing untuk bisa masuk jurnal ilmiah internasional dan bicara di forum terbuka. Program ini sudah sejak tahun lalu kami inisiasi sebagai usaha strategis meningkatkan pemeringkatan," ujar Rosari.

Dia berharap program ini akan terus berlanjut untuk memacu gairah anak-anak muda di Universitas Indonesia membiasakan diri bicara di forum terbuka dan berdiskusi dengan komunitas ilmiah lebih luas baik di dalam dan luar negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement