Sabtu 02 Sep 2017 16:19 WIB

Semaraknya 'Kurban Bairam' di Rusia

Red: Agus Yulianto
Ribuan umat muslim di Rusia melaksanakan shalat Idul Adha di Masjid Agung Moskow atau Moskovskiy Soborniy Mecet (Ilustrasi)
Foto: EPA/YURI KOCHETKOV
Ribuan umat muslim di Rusia melaksanakan shalat Idul Adha di Masjid Agung Moskow atau Moskovskiy Soborniy Mecet (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Islam menjadi agama dengan penganut terbesar kedua di Federasi Rusia setelah Kristen Ortodoks. Fakta tersebut membuat penulis tersentak mengagungkan asma Allah SWT, betapa di negeri yang memiliki daratan terluas di dunia dengan sejarah panjang atas cengkeraman komunisme itu telah terjadi evolusi menuju kemaslahatan sebagaimana syiar Islam sebagai "rahmatan lil alamin".

Komunisme sudah masa lalu di Rusia. Walaupun masih ada Partai Komunisme, tetapi kini persentasenya tidak lebih dari dua persen. Bahkan, ketua umumnya merupakan penganut Kristen Ortodoks, demikian Duta Besar RI untuk Rusia dan Belarusia M Wahid Supriyadi.

Sekitar 15-20 persen dari sekitar 142 juta penduduk Rusia, beragama Islam. Sementara penganut Kristen Ortodoks sekitar 70 persen, sisanya pemeluk agama-agama lain dan tidak beragama.

Fakta tersebut juga membuat penulis ingin lebih dalam mengetahui bagaimana kehidupan Muslim di Rusia, termasuk dalam merayakan hari besar keagamaannya, seperti perayaan Idul Adha pada 10 Dzulhijjah 1438 Hijriyah atau bertepatan pada 1 September 2017.

Presiden Rusia Vladimir Putin yang seorang Kristen Ortodoks dan pemimpin Partai Rusia Bersatu, secara khusus menyampaikan ucapan selamat Hari Raya Idul Adha.

Hari raya yang menandai puncak ibadah haji di Mekah ini merupakan tradisi unik yang telah berlangsung selama berabad-abad dan memperkuat keimanan para pemeluk Islam dari generasi ke generasi. Ini adalah dasar kekuatan yang menyatukan komunitas muslim Rusia.

Begitu pernyataan Putin dari kantornya di Kremlin, Jumat (1/9) sebagaimana dikutip dari RBTH yang mengambil dari Kantor Berita Rusia TASS.

"Russia Beyond The Headlines" (RBTH) merupakan proyek multimedia internasional mengenai Rusia yang dijalankan oleh organisasi nonprofit "TV-Novosti". RBTH menghadirkan berita, opini, analisis, dan komentar mengenai berbagai isu, mulai dari politik, budaya, bisnis, sains dan teknologi, hingga kehidupan masyarakat di Rusia.

Media "online" RBTH terdaftar di Roskomnadzor (Badan Pemerintah Federal Rusia untuk Pengawasan di Bidang Telekomunikasi, Teknologi Informasi, dan Komunikasi Massa) pada 21 Desember 2016.

Putin menyampaikan, bahwa persatuan umat Islam selalu memberikan pondasi yang kuat untuk memfasilitasi dialog antarumat beragama dan suku bangsa serta memecahkan masalah dalam pembangunan negara. Selalu menyenangkan untuk melihat potensi besar ini digunakan untuk memaksimalkan pendidikan dan budaya demi perdamaian dan harmoni masyarakat.

Perpaduan bahasa

Idul Adha di Rusia dikenal dengan nama "Kurban Bairam" yang merupakan perpaduan dari bahasa Arab untuk kurban dan bahasa Turki untuk "bairam" yang berarti hari raya.

"Kurban Bairam" menjadi hari libur resmi untuk sejumlah negara bagian di Rusia seperti di Republik Tatarstan, Bashkortostan, Chechnya, Dagestan, Karachayevo-Cherkessia, Adygeya, Kabardino-Balkaria, Ingushetia dan Krimea. Sedangkan di Moskow bukan merupakan hari libur.

Shalat Idul Adha pada umumnya dilakukan di masjid atau lapangan sekitar masjid. Penyembelihan hewan kurban berlangsung di tempat-tempat yang dikhususkan untuk penyembelihan, dilarang di pinggir jalan kota.

Hal menarik untuk tahun ini adalah bahwa perayaan "Kurban Bairam" pada 1 September, bertepatan dengan Hari Pengetahuan yang diperingati tiap 1 September. Hari Pengetahuan adalah hari pertama tahun ajaran baru bagi anak sekolah di Rusia setelah liburan musim panas.

Agar kedua perayaan umum itu tetap berjalan aman, sekitar 13 ribu petugas Garda Nasional Rusia menjaga keamanan publik. Garda Nasional merupakan militer dan petugas keamanan lain.

Untuk di Moskow, ibu kota Rusia, misalnya, terdapat sekitar 4.500 petugas Garda Nasional yang menjaga keamanan di 2.035 lokasi Shalat Idul Adha. Sementara itu terdapat 893 lokasi di Moskow yang merayakan Hari Pengetahuan.

Penulis juga sempat bertemu dengan seorang WNI, Taufiq Maulana, yang menetap di Moskow dan telah menikah dengan wanita Ukraina. Mereka telah memiliki satu anak.

Taufiq, lulusan program pascasarjana di sebuah perguruan tinggi di Moskow, pernah menulis soal perkembangan Islam di Rusia. Dalam tulisannya disebutkan bahwa perkembangan Islam di Rusia diawali oleh suku yang berada di pegunungan Kaukasus, yaitu Suku Dagestan.

Bukti-bukti yang menguatkan masuknya Islam pertama kali di pegunungan itu, yaitu adanya makam para sahabat Rasulullah Muhammad SAW seperti Abdul Rahman bin Rabiah, Salman bin Rabiah dan Surokah bin Amru. Hal ini menjadikan Dagestan merupakan pintu masuk Islam di Moskow.

Ada pula Kazan dengan Suku Tatar, sebagian besar penduduknya beragama Islam. Terlihat dengan adanya masjid-masjid yang sangat besar dan indah serta adanya kegiatan keagamaan yang dilakukan penduduk sehari-hari.

Hal ini menjadikan Kazan merupakan pusat Islam terbesar di Rusia, selain Suku Dagestan di pegunungan Kaukasus.

Ada juga Chechnya, dengan Madrasah Zelimkan dimana anak-anak dan orang dewasa menempa ilmu agama dengan sangat baik serta Ukraina yang merupakan negara federasi Rusia. Walaupun telah menjadi negara yang berdiri sendiri, namun sejarah negara ini tidak dapat dipisahkan dengan Rusia. Begitu pula dengan penduduknya yang beragama Islam.

Masjid terbesar

Perkembangan Islam di Moskow dapat dibuktikan dengan adanya Masjid Sabornaya yang dibangun pada tahun 1904 (sebelum era komunis) namun mengalami pemugaran pada tahun 2011. Masjid Sabornaya merupakan masjid terbesar di Moskow, terletak di Olimpiysky Avenue, dirancang oleh arsitek Nikolai Zurkhov.

Selain Masjid Sabornaya, terdapat pula beberapa masjid di sekitar Moskow seperti Masjid Park Pobedy, Masjid Yardam dan Historical Mosque of Moscow.

Di Moskow juga terdapat berbagai media Islam, meliputi portal, televisi dan radio yang berbasis Islam, berbagai toko buku Islam serta pasar halal. Hal ini bertolak belakang dibanding era Uni Soviet karena kebebasan menganut agama Islam ketika itu sangat dilarang.

Kehidupan muslim di Moskow pada masa sekarang tidak jauh berbeda dengan kehidupan muslim di Indonesia. Mereka melakukan ritual keagamaan dan mengkaji Alquran dan hadist. Mereka memberikan waktu luang untuk belajar mengaji di beberapa masjid besar.

Setelah shalat berjamaah, mereka membentuk beberapa grup yang dipimpin oleh seorang ustadz. Perkembangan muslim di Rusia saat ini sangat baik. Paham komunis yang menyelimuti mereka dan pernah mereka rasakan, membuat jiwa dan semangat lebih kuat untuk terus mendalami Islam secara utuh.

Hubungan diplomatik antara Rusia dengan Indonesia yang notabene negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, berjalan sangat baik selama ini. Dubes Wahid menceritakan sejak era Presiden Soekarno, hubungan diplomatik Indonesia-Rusia sangat akrab. Kedua negara saling menaruh respek di semua bidang.

Di Kota St Petersburg, di masa lalu bernama Leningrad, bahkan ada Masjid Jamul Muslimin atau Masjid Biru (karena bangunannya didominasi warna biru) yang dikenal pula sebagai Masjid Soekarno karena saat Soekarno berkunjung ke sana pada 1956 sempat mendatangi bangunan itu.

Bangunan berkubah biru itu awalnya memang masjid tetapi pada 1950 dijadikan gudang oleh pemerintah Rusia yang saat itu masih bernama Uni Soviet di era penguasa komunisme. Soekarno mendesak penguasa negeri Beruang Merah saat itu untuk memberdayakan bangunan itu kembali sebagai masjid. Pemerintah Rusia saat itu pun menyetujui dan jadilah dibuka kembali masjid tersebut.

Islam makin berkembang di Rusia. "Schastlivyy Kurban Bairam", lafal dalam bahasa Rusia yang bermakna "Selamat Hari Raya Idul Adha".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement