Senin 02 Oct 2017 19:00 WIB

‘Memaniskan’ Timur Indonesia (II-Habis)

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
2. Mentan Amran Sulaiman menghadiri pengukuhan guru besar di Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara, Senin (1/10).
Foto: Republika/Erdy Nasrul
2. Mentan Amran Sulaiman menghadiri pengukuhan guru besar di Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara, Senin (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Pabrik gula di Sulawesi Tenggara diprediksi akan mampu menggenjot produksi hingga 10 ribu ton cane per day (TCD). Ini merupakan jumlah produksi yang besar, karena biasanya pabrik gula hanya bisa memproduksi seribu hingga lima ribu TCD.

Tak hanya itu, pabrik yang rencananya akan dibangun di Bombana dan Konawe Selatan itu juga akan menyerap sepuluh ribu tenaga kerja.. “Ini merupakan pabrik gula terbesar,” papar Menteri Pertanian Amran Sulaiman di hadapan Civitas Akademika Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara, Senin (2/10).

Industri tersebut diprediksinya akan menggiatkan pertanian. Masyarakat yang semula tak mau bercocok tanam akan berpaling. Mereka akan kembali menggiatkan pertanian, sehingga produksi pangan negeri ini akan semakin bertambah.

Namun ada permasalahan mendasar yang akan muncul, yaitu unjuk rasa. Menteri yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar itu menilai budaya demonstrasi di Kendari sangat mengkhawatirkan. “Nomor enam. Makassar nomor empat,” kata dia saat berpidato.

Investor pasti menginginkan suasana yang kondusif karena mendukung untuk pembangunan dan peningkatan ekonomi. Mereka akan risih, bahkan takut untuk menanamkan modal jika diganggu dengan demonstrasi.

Amran meminta mahasiswa dan kelompok warga yang tergabung dalam lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk menahan diri. Mereka diharapkan memahami semangat berbagai pihak yang menginginkan suasana nyaman sehingga ekonomi terus terbangun dengan baik. Tanpa berdemonstrasi, kedua kelompok masyarakat itu dapat bersinergi dalam berbagai kegiatan produktif lainnya sesuai dengan keahlian.

Mahasiswa dapat menggiatkan studi, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Sedangkan LSM bisa bersinergi dengan pemerintah setempat untuk menggerakkan program pemberdayaan. “Saya pernah jadi mahasiswa, tahu betul seperti apa demonstrasi. Jangan sampai kita berunjuk rasa dengan mengusung tema-tema yang justru merugikan masyarakat banyak,” pesan Amran.

Kegiatan positif itu dinilainya lebih bermanfaat dari sekadar demonstrasi yang hanya membuang waktu.. Amran menyatakan dunia sudah banyak mengapresiasi Indonesia karena mampu mengekspor beberapa komoditas pangan, seperti bawang, beras, jagung, dan beberapa komoditas lainnya.

Ekspor pangan menandakan persediaan pangan di dalam negeri berlebih, sehingga sebagian stok diekspor. Ekspor beras sudah pernah dilakukannya sendiri di perbatasan Papua dengan Papua New Guinea. Amran dan perwakilan negeri tetangga itu berdiri bersama-sama di tanah perbatasan. Mentan kemudian memberikan beras ke perwakilan masyarakat Papua New Guinea itu.

Pihaknya manargetkan ekspor gula. Hal itu menurutnya sangat mungkin dilakukan karena antusias masyarakat untuk bertani sangat tinggi. Pertanian saat ini sudah didukung dengan teknologi, subsidi pupuk dan benih. "Ekspor gula sangat mungkin. Lihat saja nanti," kata dia yakin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement