Rabu 11 Oct 2017 17:43 WIB

Kinanti Lumpuh Pascavaksinasi MR, Dinkes Duga Keluarga Lalai

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andri Saubani
Kinanti tengah terbaring di RSU Garut, Selasa (10/10). Bocah 2,5 tahun mengalami lumpuh layuh.
Foto: REPUBLIKA/Rizky Suryandika
Kinanti tengah terbaring di RSU Garut, Selasa (10/10). Bocah 2,5 tahun mengalami lumpuh layuh.

REPUBLIKA.CO.ID,  GARUT -- Dinas Kesehatan Kabupaten Garut memastikan Kinanti (2,5 tahun) tak menunjukkan gejala sakit ketika memperoleh imunisasi Measles Rubella (MR). Pasalnya, anak yang menderita penyakit tak bisa langsung divaksin MR.

Kepala Dinkes Garut Tenny Swara Rifai memperoleh informasi, bahwa Kinanti sempat terjatuh pada akhir Agustus. Seanjutnya Kinanti mendapat imunisasi MR pada 15 September. Ketika itu, Kinanti tak menunjukkan gejala sakit. Hanya saja selang beberapa hari kemudian, Kinanti justru dibekap kelumpuhan.

"Ketika diimunisasi enggak ada gejala MR di tubuhnya kan seperti bintik-bintik dan semacamnya. Enam hari kemudian ada gejala lumpuh. Tapi untuk lebih jelas harus ada pemeriksaan lanjutan terhadap kinanti supaya tahu asal penyebab sakitnya," katanya pada Republika, Rabu (11/10).

Tenny menilai, terdapat unsur kelalaian dari keluarga Kinanti hingga penyakit telanjur parah. Sebab, ketika mulai lumpuh, Kinanti tak langsung memperoleh perawatan medis, melainkan hanya dibawa ke praktik dokter.

Selanjutnya Kinanti tak dibawa ke puskesmas atau rumah sakit. "Ada dugaan ibunya lalai mendiamkan anaknya di rumah tidak dibawa ke fasilitas medis saat mulai sakit lumpuh, padahal ibunya punya BPJS," ujarnya.

Akibat keterlambatan penanganan tersebut, peluang Kinanti memperoleh kesembuhan total pun semakin menipis. Alasannya terdapat periode tertentu dalam penanganan kasus kelumpuhan supaya dapat sembuh total. Adapun ketika perawatan dilakukan sehabis periode tersebut, peluang sembuh total sulit diraih.

"Orang tua enggak langsung bawa ke puskesmas atau RS tapi dibiarkan di rumah. Setelah tanggal 2 Oktober dibawa ke puskesmas rujuk ke RS spesialis saraf, menurut ahli saraf ada golden period (periode emas) lumpuh harus satu hari pertama ke RS diberikan obat bisa pulih lagi, tapi masa keemasan lewat," ucapnya.

Sebelumnya, Rumah Sakit Umum (RSU) dr Slamet, Garut diduga memperlambat pelayanan terhadap Kinanti. Perwakilan keluarga Kinanti, Undang Herman mengatakan, terdapat upaya RSU Garut untuk menahan Kinanti agar tidak melanjutkan pengobatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

Padahal, dokter sudah mengatakan bahwa peralatan dan obat di RSU tidak memadai. Justru, ia kecewa karena pihak RSU seakan menakuti-nakuti keluarga Kinanti. "Harus tanda tangan tulisannya segala konsekuensi mesti diterima, mungkin itu standar operasinya. Tapi setelah tanda tangan ada perkataan-perkataan yang jatuhkan mental keluarga seperti obat di sana mahal harus dibeli, cuma antarkan sampai luar tidak ikut ke dalam, ruangan penuh," katanya pada Republika, Selasa (10/10).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement