Kamis 19 Oct 2017 16:33 WIB

Tempat Relokasi tak Dilirik PKL Puncak Korban Gusuran

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Karta Raharja Ucu
Sekitar 600 pedagang kaki lima (PKL) Puncak, menggelar aksi di depan gerbang Pemkab Bogor, Jalan Tegar Beriman, Cibinong pada Senin (16/10). Merek menuntut kejelasan tempat relokasi pada pemerintah kabupaten Bogor.
Foto: Republika/Gumanti Awaliyah
Sekitar 600 pedagang kaki lima (PKL) Puncak, menggelar aksi di depan gerbang Pemkab Bogor, Jalan Tegar Beriman, Cibinong pada Senin (16/10). Merek menuntut kejelasan tempat relokasi pada pemerintah kabupaten Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tempat relokasi pedagang kaki lima (PKL) Puncak yang dibangun di lahan parkir Taman Wisata Matahari (TWM) Cilember, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor direncanakan rampung akhir Oktober. Namun, hingga kini antusias para PKL untuk mendaftarkan di tempat relokasi tersebut dinilai sangat minim.

"Para PKL yang daftar masih belum jelas jumlahnya, padahal besok (red, Jumat) batas waktu pendaftaran PKL tersebut," kata Ketua pengurus cabang Bogor Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Budi Sulistyo, sebagai pengelola relokasi TWM, kepada Republika.co.id, Kamis (19/10).

Budi menyebut, jika hingga akhir batas pendaftaran, para PKL yang ditertibkan masih belum mendaftar, maka pihaknya akan menawarkan sebagian tempat relokasi yang belum laku kepada pedagang non-PKL yang berminat. Menurut Budi, kebijakan itu karena PHRI sebagai pemilik modal dan pengelola tempat relokasi di TWM perlu mengganti anggaran pembangunan.

"Ya kurang baik apa lagi coba, modal kan dari kami. Karena masalah anggaran, pemerintah gak pernah menjanjikan akan membantu dan tidak ada kesepakatan apa-apa," jelas Budi.

Budi menjelaskan, tempat relokasi di TWM dapat menampung 110 pedagang, yang akan ditempatkan di setiap kavling seluas 2x2 meter persegi. Selain itu, relokasi tersebut juga akan difasilitasi dengan satu mushala, dan 10 toilet. Karena itu, pihaknya akan menarif Rp 750 ribu per bulan untuk sewa, dan Rp 250 ribu untuk biaya keamanan, kebersihan, dan lainnya.

Salah satu pedagang Puncak, Ajat (38 tahun) tahun mengaku, ragu mendaftar di tempat relokasi TWM. Sebab menurut dia, kawasan tersebut dinilai tidak strategis dan harga sewanya terlalu tinggi.

"Kurang strategis itu tempatnya, karena itu kan tempatnya setelah jalan turunan yang curam, ditambah itu di belokan," ujar Ajat saat berbincang dengan Republika.co.id, Kamis.

Ajat yang berjualan buah-buahan tersebut, hingga kini masih berpikir apakah akan melanjutkan berjualan di kawasan Puncak atau beralih ke tempat lain. Namun, dia tetap berharap pemerintah dapat memberikan lahan yang strategis, sekaligus tanpa dipungut biaya yang terlalu besar.

"Kami kan pedagang kecil, ya kalau jualan di sana (relokasi TWM) makin sepi aja kali ya, jadi saya mau pikirkan dulu," jelas Ajat ikut ditertibkan beberapa waktu lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement