Jumat 10 Nov 2017 08:53 WIB

70 Persen Diabetisi Indonesia Berpotensi Komplikasi

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Penyakit diabetes
Foto: ist
Penyakit diabetes

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hal yang paling ditakuti dari penyakit diabetes mellitus (DM) adalah komplikasinya yang dapat menyebabkan kecacatan hingga kematian. Komplikasi bisa terjadi jika penyakit DM tidak terkendali dengan baik.

Yang cukup mengkhawatirkan, penelitian dalam jurnal ilmiah menunjukkan bahwa mayoritas penyandang DM di Indonesia memiliki kendali yang kurang baik terhadap penyakitnya. Pada 2008 lalu, hanya 32 persen dari penyandang DM Indonesia yang mampu mencapai target HbA1C di bawah tujuh persen.

Padahal, salah satu target terapi yang harus dicapai penyandang DM adalah HbA1c di bawah tujuh persen. Alasannya, penyandang DM dengan nilai HbA1c di atas tujuh persen memiliki risiko komplikasi yang tinggi.

Pada 2012 lalu, persentase penyandang DM yang berhasil mencapai target HbA1C di bawah tujuh persen kembali menurun. Penelitian mengungkap bahwa hanya 30,8 persen penyandang DM Indonesia yang mampu merai nilai HbA1c di bawah tujuh persen.

"Artinya, hampir 70 persen lainnya berisiko komplikasi," jelas spesialis penyakit dalam subspesialis endokrin, metabolik dan diabetes dari FKUI/RSCM Dr dr Imam Subekti SpPD KEMD dalam sosialisasi Jakarta Diabetes Meeting 2017 di Jakarta, Kamis (9/11).

Tak hanya itu, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) juga menunjukkan adanya peningkatan tren kasus DM di Indonesia. Riskesdas 2007 mencatat bahwa prevalensi DM id Indonesia adalah 5,7 persen. Pada 2013, Riskesdas mengungkapkan adanya peningkatan prevalensi DM menjadi 6,9 persen.

Tak hanya prevalensi kasus DM, prevalensi prediabetes juga ikut meningkat. Hal ini tercermin pada prevalensi Impaired Glucose Tolerance (IGT) yang meningkat pada 2013. Jika pada 2007 prevalensi IGT diketahui sebesar 10,2 persen, pada 2013 prevalensi meningkat hampir tiga kali lipat menjadi 29,9.

"IGT ini yang disebut prediabetes, berpotensi jadi diabetes," sambung Imam.

Imam mengatakan ada banyak faktor yang menyebabkan proses pencapaian target terapi penyandang DM terhambat. Dari segi penyakit, DM merupakan penyakit yang kronik dan progresif sehingga cukup sulit ditangani. Di sisi lain, petugas kesehatan atau dokter juga masih memiliki beberapa kekurangan yang perlu ditingkatkan.

Hambatan pencapaian target terapi DM juga bisa disebabkan oleh faktor pasien. Salah satunya karena pasien DM kurang patuh dalam menjalani terapi pengobatan.

Imam mengatakan cukup banyak penyandang DM yang enggan minum obat karena khawatir obat yang mereka konsumsi akan merusak ginjal. Padahal, penyebab kerusakan ginjal bukanlah konsumsi obat DM melainkan kadar gula darah yang tak terjaga.

"Pasien sering inisiatif cari alternatif obat herbal dan menghentikan obat dokter. Ini yang berisiko menyebabkan gula darah tinggi yang akhirnya menyebabkan komplikasi," terang Imam.

Oleh karena itu, Imam mendorong agar para penyandang DM di Indonesia tetap berpegang teguh pada empat fondasi pengobatan diabetes. Keempat fondasi tersebut adalah pengaturan makan, aktivitas fisik teratur, edukasi yang baik serta menjalani terapi melalui konsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement