Senin 20 Nov 2017 18:11 WIB

Ganjar Persilakan Daerah Lain Manfaatkan Aplikasi Sihati

Rep: eko widiyatno/ Red: Joko Sadewo
Ganjar Pranowo
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Ganjar Pranowo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa waktu lalu, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah mendapatkan penghargaan sebagai TPID Inovatif tahun 2106. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Parnowo, menyebutkan salah satu yang mendorong pemerintah memberikan penghargaan ini karena TPID telah mengembangkan aplikasi Sihati (Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi) berbasis android.

''Dengan apilikasi ini, masyarakat luas bisa memantau perkembangan-perkembangan harga komoditi strategis yang ada di Jawa Tengah. Bahkan bagi TPID atau pemegang kebijakan bisa memantau lonjakan harga komiditi untuk mengatasi inflasi,'' kata Ganjar dalam Pelatihan Wartawan Daerah Bank Indonesia 2017 yang digelar di Jakarta, Senin (20/11).

Beberapa kepada daerah, menurut Ganjar, juga sudah menyatakan tertarik untuk memanfaatkan aplikasi ini. ''Untuk itu, dia mempersilakan mereka untuk memanfaatkan aplikasi Sihati,'' jelasnya.

Dengan demikian, kata Ganjar, daerah lain tidak perlu lagi membuat aplikasi serupa. ''Hanya tinggal diubah harganya, karena saya kira untuk jenis komoditasnya akan sama di semua daerah,'' jelasnya.

Menurutnya, dengan memanfaatkan aplikasi tersebut, Ganjar mengaku bisa memantau kondisi harga-harga komoditi yang mungkin akan memicu terjadinya lonjakan inflasi. Hal ini karena dalam aplikasi tersebut, tersedia data mengenai harga-harga komoditi yang ter-update dari waktu ke waktu.

Untuk itu, dia sudah meminta semua kepala dinas atau minimal para kepala pasar induk di setiap kabupaten/kota untuk menyajikan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat setiap hari.

Dalam rangka pengendalian inflasi dengan memanfaatkan aplikasi ini, Ganjar menyebutkan aplikasi tersebut saat ini sudah semakin dikembangkan disempurnakan. Aplikasi Sihati yang pengembangannya sudah mencapai generasi ketiga ini, menurutnya sudah memiliki fasilitas yang makin lengkap.

Antara lain, jika terjadi lonjakan harga yang terlalu tinggi untuk komoditi strategis tertentu, maka akan ada peringatan warna merah. ''Dengan demikian, data mengenai harga-harga komoditi yang ada dalam aplikasi ini bisa menjadi early warning (peringatan dini) terhadap kemungkinan mengenai lonjakan mengenai perkembangan harga komoditi,'' jelasnya

Selain itu, aplikasi 'Sihati' saat ini juga tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk memantau harga komoditi. ''Tapi juga bisa digunakan untuk melakukan virtual meeting antar anggota/ketua TPID di masing-masing daerah kabupaten/kota dan provinsi di Jateng, bila terjadi lonjakan harga komoditi yang bisa memicu lonjakan inflasi,'' katanya.

Dengan keberadaan aplikasi tersebut, jelas Genjar, upaya meredam terjadinya lonjakan harga komoditi strategis di Jateng bisa dilakukan lebih cepat. ''Dengan penanganan yang cepat, maka inflasi juga pada akhirnya akan dapat diredam,'' jelasnya.

Berdasarkan data yang disampaikan Ganjar, data inflasi Jawa Tengah tahun 2017 hingga Oktober lalu masih lebih rendah dari angka inflasi nasional. Tingkat inflasi nasional tercatat 3,47 (yoy), sedangkan inflasi Jateng tercatat 3,07 (yoy).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement