Senin 22 Jan 2018 21:06 WIB

Petani Minta Pengelola Waduk Jatigede Alirkan Air Irigasi

Persemaian sudah mencapai 30 hari dan harus segera ditanam.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petani menanam padi di kawasan persawahannya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Petani menanam padi di kawasan persawahannya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  CIREBON -- Meski memasuki puncak musim hujan, namun curah hujan di wilayah Cirebon saat ini masih di bawah normal. Menghadapi kondisi itu, petani meminta pengelola Waduk Jatigede untuk menggelontorkan air irigasi ke lahan milik mereka.

Para petani mengalami keterlambatan tanam akibat air yang tidak memadai. Padahal usia, persemaian sudah mencapai 30 hari dan harus segera ditanam. "Hujannya sedikit. Baru sekali hujan, sepuluh hari kemudian tidak hujan," kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar baru baru ini.

 

Tasrip berharap pemerintah dan pengelola Waduk Jatigede menggelontorkan air yang cukup untuk wilayah Kabupaten Cirebon, termasuk Indramayu, dan Majalengka. Dia mengatakan,proyek modernisasi irigasi membuat pasokan air di saluran irigasi menjadi berkurang.

 

"Proyek-proyek yang menghambat kelancaran air dalam kondisi saat ini lebih baik dihentikan sementara atau dimulai lagi di daerah hilir," ujar Tasrip.

 

Sementara itu,  Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, pada Senin (22/1), mengungkapkan penyebab curah hujan minim di Cirebon. "(Curahhujan masih minim) disebabkan adanya gangguan cuaca yang bersifat regional," ujar pria yang biasa disapa Faiz.

Ia menjelaskan, gangguan cuaca bersifat regional yang dimaksud itu seperti adanya siklon tropis di utara Indonesia pada awal Januari lalu sehingga menyebabkan adanya Monsun Blocking. Yakni massa udara basah yang menuju ke Indonesia untuk pembentukan awan dihadang oleh siklon tropis tersebut. "Sekarang siklon itu sudah punah," terang Faiz.

 

Namun, lanjut Faiz, saat ini terdapat gangguan cuaca lainnya. Yaitu adanya tekanan rendah atau low pressure di wilayah selatan Indonesia sehingga menyebabkan gaya tarik berupa angin cukup kencang, terutama pada ketinggian lapisan atmosfer, sehingga pembentukan awan-awan hujan tidak optimal. "Karena itu hujan yang turun lebih sedikit dari normalnya," tutur Faiz.

 

Faiz menyebutkan, dalam kondisi normal, curah huja pada Januari semestinya diatas 300 milimeterper bulan. Namun, saat ini masih di bawah 200 milimeter. Dia memprediksi, curah hujan mulai normal kembali setelah tiga hingga tujuh hari ke depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement