Sabtu 27 Jan 2018 09:53 WIB

Trump Dikritik Gara-Gara Hina Pers di Forum Ekonomi Dunia

Trump sebut pers jahat, licik, ganas, dan palsu.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Reiny Dwinanda
Presiden AS Donald Trump
Foto: slate.com
Presiden AS Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump dicemooh setelah ia menyebut pers "jahat", "licik", "ganas", dan "palsu". Pernyataan itu Trump sampaikan saat berbicara di sesi penutupan khusus di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Jumat (26/1) waktu setempat, 

"Sesaat setelah saya menjadi seorang politisi, saya menyadari betapa jahat, betapa liciknya, betapa ganas, dan betapa palsunya pers," kata Trump seperti yang dilansir di Anadolu Agency, Sabtu (27/1).

Trump mengatakan, sebagai Presiden AS, ia akan selalu memprioritaskan Amerika terlebih dahulu, "America First". Ia mengungkapkan pemimpin negara lainnya pun sama, harus mengutamakan kepentingan negaranya terlebih dahulu. Namun, menurutnya, "America First" tidak berarti Amerika hanya berdiri sendiri.

"Amerika adalah pemimpin ekonomi, namun sistem imigrasi kita terjebak di masa lalu. Kita harus mengganti sistem migrasi kita yang sekarang dengan sistem penerimaan berbasis jasa yang memilih pendatang baru berdasarkan kemampuan mereka untuk berkontribusi pada ekonomi kita, untuk mendukung diri mereka secara finansial, dan untuk memperkuat negara kita," ucap Trump.

Dalam forum tersebut, Trump juga mengangkat isu pertahanan. Ia meminta seluruh mitra dan sekutu AS untuk berkontribusi dalam pertahanan dan memenuhi kewajiban finansialnya sendiri, agar membuat dunia menjadi lebih aman dari rezim nakal, terorisme dan kekuatan revisionis.

"Keamanan untuk kita bersama mengharuskan setiap orang untuk berkontribusi adil," tambahnya mengacu pada NATO.

Trump menyatakan pentingnya upaya untuk menempatkan tekanan maksimum dalam membatalkan perjanjian Semenanjung Korea. "Kami terus meminta mitra untuk menghadapi dukungan Iran terhadap teroris dan untuk memblokir jalan Iran menuju senjata nuklir," kata Trump.

Awal bulan ini, Trump memperpanjang sanksi bantuan ke Iran terhadap apa yang ia katakan akan menjadi upaya terakhir, dengan meminta sekutu Eropa untuk bekerja sama dengan Washington agar memperbaiki "kekurangan signifikan" dalam kesepakatan nuklir tersebut.

Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Roberto Azevedo, saat berbicara di Forum Ekonomi Dunia pada Kamis sebelumnya mendesak negara lain untuk tidak mengambil tindakan terhadap proteksionisme yang berhubungan dengan Trump.

Kanselir Jerman Angela Merkel di Davos pada Rabu (24/1), juga menekankan pentingnya multilateralisme dan kerja sama global. Sementara, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga memperingatkan untuk meningkatkan proteksionisme.

Pemenang Nobel Perdamaian 2017, saat Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir (ICAN), juga telah memperingatkan Trump mengenai kemungkinan perang nuklir yang sesungguhnya, yang mendesak masyarakat internasional untuk tidak mengabaikan ancaman nuklir tersebut.

"Kami sangat prihatin dengan kebijakan baru Trump mengenai senjata nuklir, yang menurunkan ambang penggunaan senjata nuklir, mengembangkan senjata nuklir yang lebih dapat digunakan," kata direktur eksekutif ICAN, Beatrice Fihn.

Pada Kamis (25/1), sekelompok ilmuwan memindahkan "jam kiamat" 30 detik mendekati tengah malam, dengan alasan ancaman konflik nuklir dan perubahan iklim yang terus meningkat.

Jam saat ini telah berlanjut dua menit menuju tengah malam, sebuah metafora untuk akhir bagi umat manusia. Buletin Ilmuan Atom mengungkapkan, saat ini waktu yang paling dekat dengan Jam yang pernah ada di Doomsday, yang hanya cocok dengan meningkatnya Perang Dingin.

Lebih dari tiga ribu peserta yang lebih dari 110 negara dan lebih dari 340 tokoh masyarakat, termasuk lebih dari 70 kepala negara dan pemerintah, serta 45 kepala organisasi internasional, menghadiri Forum Ekonomi Davos.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement