Selasa 30 Jan 2018 17:18 WIB

Kemenkes: Kasus Kusta Masih Ditemukan di Indonesia Timur

Tidak berarti kasus kusta tidak ditemukan di provinsi lainnya.

Red: Andri Saubani
Aksi damai memperingati hari kusta internasional di Jakarta (ilustrasi).
Foto: Antara/Fikri Adin/c
Aksi damai memperingati hari kusta internasional di Jakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pencegahan Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Wiendra Waworuntu mengatakan, kasus penyakit kusta masih ditemukan di Kawasan Timur Indonesia. Prevalensi kasus lebih dari 1 kasus per 10 ribu penduduk.

"Di wilayah Jawa bagian timur, Sulawesi, Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara," kata Wiendra di kantor Kementerian Kesehatan Jakarta, Selasa (30/1).

Secara nasional angka prevalensi kusta saat ini adalah 0,71 kasus per 10 ribu penduduk dengan total 18.248 kasus terdaftar. Meskipun demikian, Wiendra menekankan, bukan berarti kasus kusta tidak ditemukan di provinsi lainnya.

"Kasus kusta diharapkan semakin sedikit, semakin hilang. Tidak dipungkiri pasti kusta masih ada, tetapi catatannya adalah jangan sampai ada penularan kasus baru dan penderita kusta jangan sampai cacat. Itu upaya kita," terang Wiendra.

Dokter dari Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) dr Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi, Sp.KK(K) menyatakan, bahwa penyakit kusta lebih sering ditemukan terlambat karena masyarakat seringkali mengabaikan tanda dan gejalanya. Gejala penyakit kusta adalah keberadaan bercak putih atau merah di kulit. Bercak tersebut tidak gatal dan juga tidak nyeri, namun seperti mati rasa.

Bercak seringkali ditemukan di bagian siku, karena terdapat syaraf yang dekat dengan permukaan kulit. Namun, bercak juga biasa ditemukan di sekitar tulang pipi wajah, telinga, atau bahu.

Selain itu, ada penderita yang menunjukkan gejala berupa bintil kemerahan yang tersebar, ada pula yang gejalanya kulit sangat kering. Namun, tidak berkeringat dan rambut alis rontok sebagian atau seluruhnya.

Sebagian besar penderita pada awalnya tidak merasa terganggu, meski kadang disertai kesemutan, nyeri sendi dan demam hilang timbul apabila mengalami reaksi. "Karena tidak merasa sakit, tidak gatal, penderita cenderung abai. Padahal penyakit berlangsung terus, berpotensi menularkan dan menimbulkan kecacatan," ucap Sri.

Keberadaan penderita kusta yang belum mengkonsumsi obat kusta atau berobat tidak teratur merupakan sumber penularan. Penderita bisa menularkan kuman melalui percikan cairan pernafasan, maupun kontak melalui kulit yang luka.

"Cara penularannya seperti tuberkulosis, namun lebih sulit menular dibanding tuberkulosis karena harus melakukan kontak dalam waktu yang cukup lama dengan penderita," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement