Senin 19 Feb 2018 21:23 WIB

Korban Banjir Semarang Mulai Terserang Penyakit

Gatal-gatal hingga diare.

Red: Yudha Manggala P Putra
Sejumlah warga bergotong-royong membersihkan lumpur sisa banjir (Ilustrasi)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Sejumlah warga bergotong-royong membersihkan lumpur sisa banjir (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sejumlah warga Kelurahan Trimulyo, Semarang, yang terdampak banjir mulai terserang penyakit seiring banjir yang juga belum mengering. Penyakit tersebut yakni gatal-gatal hingga diare.

Seperti diungkapkan Yani, warga Trimulyo, Semarang, Senin (19/2), keluarganya sudah terkena berbagai macam penyakit sejak beberapa hari lalu, termasuk anaknya yang terkena diare dan gatal-gatal.

"Anak-anak saya kena diare, hingga muntah dan demam. Sakit semua. Ya, terpaksa pakai obat seadanya. Mau ke rumah sakit (RS) saya takut karena tidak ada biaya," kata ibu tiga anak tersebut.

Meski sudah 18 tahun tinggal di kawasan Trimulyo, buruh pabrik di Kawasan Industri Terboyo Semarang itu mengaku belum memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kota Semarang.

"Belum ada bantuan pengobatan. Paling saya siapkan obat yang dibeli dari toko untuk jaga-jaga. Kalau untuk gatal-gatal sudah ada, cuma untuk diare, muntah, dan demam, ya, seadanya," katanya.

Senada, Astuti, warga Trimulyo, Semarang, mengakui kakinya gatal-gatal terkena kutu air karena sering berendam di banjir yang merendam kawasan permukimannya dalam waktu yang cukup lama.

"Tidak cuma pas hujan, kalau enggak hujan pun banjir. Dari rob air laut biasanya menggenangi wilayah RT 1/RW I sini," kata warga RT 1/RW I, Trimulyo, Semarang itu.

Ia mengatakan sudah berbulan-bulan selalu dihadapkan dengan banjir, tetapi yang paling parah mulai Rabu (14/2) lalu setelah hujan deras yang sampai sekarang belum kering juga.

"Banyak warga sini yang mengungsi dan belum pulang. Ada juga yang tetap memilih bertahan di rumah, seperti saya. Dua anak saya juga kena gatal-gatal, mual, diare, dan pusing," katanya.

Anaknya yang duduk di madrasah tsanawiyah (MTs) belum bersekolah, kata dia, sementara anaknya yang sudah besar dan sekolah di madrasah aliyah (MA) tetap berangkat meski kurang sehat.

"Dua minggu lalu pernah ada bantuan pengobatan gratis dari rumah sakit, kalau dari Pemerintah Kota Semarang belum. Mau mengungsi juga tidak punya saudara di Semarang," katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agus Harmunanto mengakui telah menerima informasi mengenai dampak banjir di Genuk, yakni berbagai penyakit yang mulai menyerang warga.

"Peran saya hanya sebagai koordinator. Jika ada warga butuh bantuan atau kendala apa, saya teruskan. Seperti keluhan penyakit yang dialami warga, saya teruskan ke Dinas Kesehatan," katanya.

Ia mengatakan berbagai bantuan sudah diberikan kepada warga korban banjir, tetapi hanya bersifat mendesak, seperti selimut, bantal, dapur umum yang dikelola oleh kelurahan atau kecamatan.

"Sudah ada pembagian tugas masing-masing. Untuk bantuan beras, misalnya, kami mintakan dari Dinas Ketahanan Pangan. Penanganan BPBD saat terjadi banjir dan kebutuhan yang sifatnya mendesak," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement