Kamis 22 Feb 2018 05:47 WIB

Orang Gila dan Dugaan Rekayasa Jahat di Tahun Politik

Ada dugaan penyerangan ulama oleh orang gila untuk menciptakan suasana ketakutan.

Red: Karta Raharja Ucu
Sejumlah anggota Satpol PP Pemprov Banten mengamankan orang gila yang berkeliaran di Alun-alun Kota Serang, di Serang, Banten, Selasa (20/2).
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Sejumlah anggota Satpol PP Pemprov Banten mengamankan orang gila yang berkeliaran di Alun-alun Kota Serang, di Serang, Banten, Selasa (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: fuji eka permana/ novita intan/ ali mansur/ arif satrio nugroho/ djoko suceno/ zuli istiqomah/ rizky suryarandika

JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta kepada aparat keamanan dan intelijen negara mengusut tuntas, sekaligus mengungkap motif kekerasan serta pembunuhan terhadap beberapa tokoh agama. Permintaan ini disampaikan MUI melalui Wakil Ketua Umum Zainut Tauhid Sa'adi di Jakarta, Selasa (20/2).

Ia menyampaikan, MUI menduga ada pihak-pihak yang ingin membuat suasana ketakutan, saling curiga, dan ketegangan dalam kehidupan bermasyarakat. MUI juga menduga ada rekayasa jahat yang bertujuan ingin membuat kekacauan dan konflik antar elemen masyarakat dengan memanfaatkan momentum tahun politik.

"Untuk hal itu MUI mengajak seluruh elemen bangsa untuk lebih meningkatkan kewaspadaan, bersikap tenang, dapat mengendalikan diri," ujarnya.

Zainut juga mengingatkan seluruh elemen bangsa agar tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin mengadu domba. Semua pihak juga jangan terprovokasi pihak-pihak yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

photo
Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Saadi.

Menurut Zainut, berbagai kejadian peng aniayaan terhadap tokoh agama telah melahirkan ba nyak rumor di masyarakat. Apabila tidak segera diusut dan dicegah, dikhawatirkan dapat menimbulkan prasangka-prasangka yang menyesatkan. Hal itu juga dapat memunculkan gejolak yang berpotensi menimbulkan kekacauan di masyarakat.

Ketua MPR Zulkifli Hasan meminta kepada umat Islam dan umat agama lain untuk dapat menahan diri dalam menyikapi tindakan kekerasan terhadap tokoh agama, termasuk para ulama dan ustaz, beberapa waktu ini. Zulkifli menduga ada pihak-pihak yang ingin mengadu domba antarumat beragama.

"Memasuki tahun-tahun politik seperti ini kita jangan terpancing," kata Zulkifli di Aula Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Jakarta, Selasa (20/2).

Menurut dia, ada pihak-pihak yang meyakini kekerasan dan penganiayaan terhadap tokoh agama bisa memecah belah dan mengoyak persatuan antarumat beragama. Untuk itu, Ketua Umum Partai Amanat Nasional ini mengajak semua pihak untuk melawan dengan membuktikan umat beragama di Indonesia tidak bisa diadu domba, dipecah belah, dan dikoyak-koyak.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Marsudi Syuhud meminta pemerintah, termasuk kepolisian, meminimalisasi rasa takut yang timbul di masyarakat seiring penyerangan tokoh agama. "Itu penting. Jangan sampai masyarakat dibikin takut secara terus-menerus," katanya kepada Republika.co.id di Jakarta, Selasa (20/2).

Dia mengatakan, kekompakan peran pemerintah dan kepolisan dalam kejadian beruntun ini sangat diperlukan di tengah ketakutan masyarakat. Sebab, jika dilihat dari tren penyerangan para pemuka agama, diduga ada aktor yang terlibat.

Mantan ketua MPR yang juga tokoh Muhammadiyah Amien Rais berpandangan, penganiayaan yang menyasar tokoh agama, khususnya para ulama, bukanlah sesuatu yang kebetulan. Menurut dia, ada dalang di balik penyerangan-penyerangan tersebut.

"Hanya orang yang malas berpikir atau pura-pura tidak cerdas kalau berkesimpulan penganiayaan, pelecehan, penghinaan, dan pembunuhan para ulama dianggap sesuatu yang kebetulan, dianggap kejahatan biasa, tidak usah diperbesar,"kata Amien di Aula DDII, Jakarta, Selasa (20/2).

Sejak awal tahun, terjadi rentetan kasus penyerangan terhadap tempat-tempat ibadah dan tokoh-tokoh agama. Wakapolri dalam konferensi video, Senin (19/2), kembali menegaskan akan menuntaskan kasus kekerasan tokoh agama di sejumlah daerah. Instruksi khusus di sampaikan kepada tiga kapolda, yaitu Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement