Ahad 04 Mar 2018 17:18 WIB

Soal Kunjungan Kapal Induk AS, Vietnam Tenangkan Beijing

Utusan Vietnam telah berusaha menenangkan kekhawatiran Cina.

Rep: Fira Nurstabani/ Red: Agung Sasongko
Peta Vietnam dan Asia Tenggara
Foto: Reuters
Peta Vietnam dan Asia Tenggara

REPUBLIKA.CO.ID,  HANOI - Kunjungan kapal induk AS USS Carl Vinson ke Vietnam untuk pertama kalinya sejak berakhirnya Perang Vietnam, merupakan simbol kuat dari ikatan strategis yang berkembang antara kedua mantan musuh tersebut. Namun, kunjungan ini juga menggarisbawahi hubungan Hanoi yang kompleks dengan Beijing mengenai sengketa Laut Cina Selatan.

Selama berbulan-bulan, utusan Vietnam telah berusaha menenangkan kekhawatiran Cina atas kunjungan kapal induk AS dan prospek kerja sama keamanan yang lebih luas antara Hanoi dan Washington.

Para diplomat dan perwira militer Vietnam telah berulang kali menekankan kebijakan luar negeri negara tersebut dan keinginannya untuk menjalin hubungan luar negeri yang lebih luas. Mereka berharap dapat mempertahankan hubungan yang stabil dengan Cina atas Laut Cina Selatan.

Kedatangan USS Carl Vinson akan menandai kembali kehadiran militer AS di negara tersebut sejak 1975. Kapal induk ini akan berlabuh di Kota Danang untuk tinggal selama lima hari.

Kota pelabuhan di pantai tengah Vietnam itu dekat dengan ladang gas Blue Whale yang sekarang sedang dikembangkan oleh Exxon Mobil dari AS. Kota itu juga dekat dengan pulau-pulau Paracel, yang diklaim oleh Cina dan Vietnam.

Pembangunan cepat yang dilakukan Cina di kepulauan Spratly yang disengketakan di Laut Cina Selatan, telah membuat khawatir Vietnam dan pemerintah negara lainnya. Cina telah berusaha mengklaim sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan, bahkan angkatan laut dan penjaga pantainya sekarang rutin melakukan patroli di wilayah yang dilewati jalur perdagangan senilai 3 triliun dolar AS di setiap tahunnya itu.

Kapal induk AS sering berlayar di Laut Cina Selatan sebagai bagian dari pola penyebaran angkatan lautnya yang meningkat. Pelayaran itu sekarang secara rutin dibayangi oleh kapal angkatan laut Cina.

"Bahkan saat memperbaiki hubungan dengan AS, Vietnam telah melibatkan Cina terkait ketegangan Laut Cina Selatan. Mereka mungkin kesal, tapi gradualisme adalah kata kunci di sini. Vietnam hanya akan merangkul AS asalkan tidak menyebabkan reaksi berlebihan dari Cina," kata Le Hong Hiep, pakar Vietnam di ISEAS Yusof Ishak Institute di Singapura.

Zhang Baohui, pakar keamanan daratan Cina di Universitas Lingnan Hong Kong, mengatakan dia yakin Beijing tidak akan panik oleh kunjungan USS Carl Vinson. Hal ini karena diplomasi Vietnam yang tenang namun sukses dilakukan.

"Beijing memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang formula penyeimbangan Vietnam sekarang," kata Baohui.

USS Carl Vinson tiba setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan ingin segera mengembangkan hubungan keamanan dengan Vietnam, sebagai bagian dari serangkaian hubungan politik dan militer untuk menghadapi bangkitnya Cina. Kepemimpinan Partai Komunis Hanoi kemudian semakin mempererat hubungan keamanan untuk menyeimbangkan hubungannya dengan Cina.

Rusia, pelindung utama Vietnam selama Perang Dingin, masih menjadi pemasok senjata utama bagi militer Vietnam, bersama India dan Israel. Trump sendiri telah menyinggung kemungkinan dilanjutkannya penjualan senjata dan rudal AS ke Vietnam, namun tidak ada kesepakatan senjata yang telah disepakati.

Strategi Keamanan Nasional Trump, yang diterbitkan pada Desember, mencantumkan Vietnam sebagai mitra maritim yang kooperatif.

"Tampaknya AS masih belum yakin dengan apa yang diinginkan Vietnam, namun fokusnya kemungkinan akan dilakukan untuk meningkatkan kesadaran domain maritim dan kemampuan keamanan maritim Vietnam," ungkap analis pertahanan senior AS, Derek Grossman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement