Jumat 09 Mar 2018 04:45 WIB

Perempuan Lebih Berisiko Tinggi Terserang Penyakit Ginjal

Sekitar 195 juta perempuan dunia derita penyakit ginjal kronis.

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Risiko penyakit ginjal kronis pada perempuan lebih tinggi 14 persen dibanding pria.
Foto: Pixabay
Risiko penyakit ginjal kronis pada perempuan lebih tinggi 14 persen dibanding pria.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Ginjal Sedunia selalu diperingati pada setiap Kamis di minggu kedua Maret. Kali ini, peringatan Hari Ginjal Sedunia diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran perempuan terhadap risiko penyakit ginjal kronis (PGK) yang selama ini jarang disadari.

Saat ini, PGK merupakan penyebab kematian kedelapan tertinggi pada perempuan di dunia. Angka kematian akibat PGK pada perempuan mencapai hampir 600 ribu kematian setiap tahun.

"Data internasional menunjukkan sedikitnya 195 juta perempuan di dunia merupakan (penderita) PGK," jelas Ketua Pengurus Besar Pernefri dr Aida Lydia PhD SpPD KGH dalam peringatan Hari Ginjal Sedunia 2018 yang jatuh pada 8 Maret 2018, bersama Kementerian Kesehatan dan Baxter di Jakarta.

Tingginya risiko perempuan untuk mengalami PGK dikatakan hampir sama dengan risiko PGK pada laki-laki. Beberapa studi bahkan menunjukkan bahwa rerata prevalensi PGK pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki, dengan prevalensi 14 persen untuk perempuan dan 12 persen untuk laki-laki.

Terlepas dari tingginya risiko PGK pada perempuan, jumlah perempuan yang menjalani terapi dialisis ternyata lebih rendah dibandingkan laki-laki. Ada tiga alasan yang mungkin menyebabkan hal ini terjadi, salah satunya perjalanan PGK lebih lambat pada perempuan dibandingkan laki-laki.

Namun, tak menutup kemungkinan jika perempuan memiliki hambatan psikososioekonomi yang membuat kesadaran mereka akan PGK rendah. Akibatnya, kasus PGK terlambat ditangani dan perempuan tak menjalani terapi dialisis yang seharusnya mereka dapatkan. Di sisi lain, akses layanan kesehatan juga dapat menjadi faktor lain yang menyebabkan dialisis pada perempuan lebih sedikit dibandingkan laki-laki.

Seperti halnya laki-laki, perempuan juga tak boleh menganaikan risiko PGK. Terlebih, ada beberapa kondisi pada perempuan yang dapat meningkatkan risiko PGK secara signifikan. Salah satunya adalah infeksi saluran kemih yang cenderung lebih banyak dialami oleh perempuan.

"(Karena) struktur anatomi saluran kemih perempuan yang lebib pendek dari laki-laki," ungkap Aida.

Kondisi lain yang dapat meningkatkan risiko PGK pada perempuan adalah lupus, preeklampsia atau eklampsia selama kehamilan. Penyakit kanker mulut rahim (serviks) juga dapat menyebabkan peningkatan risiko PGK pada perempuan. Di Indonesia, kanker serviks menyebabkan kematian tiap jam pada perempuan akibat veragam komplikasi.

"Salah satunya gagal ginjal," ungkap Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM Dr dr Suskhan Djusad SpOG(K).

PGK pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam lima stadium. Pada stadium akhir, pasien PGK akan membutuhkan terapi pengganti ginjal seperti dialisis atau transplantasi ginjal.

Sayangnya, PGK cenderung tidak menunjukkan gejala meski fungsi ginjal sudah menurun. Gejala PGK umumnya baru muncul ketika pasien PGK sudah kehilangan 90 persen fungsi ginjal. Pada kondisi ini, pasien sudah memasuki stadium akhir dari PGK.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mewaspadai kesehatan ginjal mereka melalui deteksi dini. Deteksi dini gangguan ginjal bisa dilakukan dengan pemeriksaan urin dan fungsi ginjal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement