Jumat 16 Mar 2018 16:31 WIB

Pelajar Sumbar Diminta Ikut Perangi Hoaks di Tahun Politik

Hoaks diyakini paling banyak disebar melalui media daring dan platform media sosial.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Hazliansyah
Berita bohong atau hoax.
Foto: kemkominfo
Berita bohong atau hoax.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pemilih usia muda, khususnya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi, diminta terlibat aktif dalam upaya memerangi berita bohong atau hoaks. Apalagi, hoaks diyakini paling banyak disebar melalui media daring dan platform media sosial yang sedang populer.

Kelompok usia muda juga menjadi sasaran penyebar hoaks karena dianggap memilik potensi dalam memberikan suara dalam pilkada dan pilpres.

Direktur Binmas Polda Sumbar Kombes Pol Nasrun Fahmi meminta pelajar dan mahasiswa lebih cermat dalam menerima dan menyebarkan suatu berita. Generasi muda, lanjut Nasrun, merupakan kelompok terbanyak yang memiliki akses terhadap media sosial dan memiliki kekuatan untuk ikut menyebarkan sebuah berita. Ia berharap, berita yang disebarkan sudah melalui proses konfirmasi, terutama dari media yang bisa dipercaya.

"Pelajar ini harus cermat dan pandai dalam menerima informasi hoaks. Karena paling banyak disampaikan dalam media sosial, Twitter, Instagram, Facebook," kata Nasrun dalam diskusi "Berita Hoaks Mengancam NKRI", Jumat (16/3).

Nasrun mengungkapkan, penyebaran berita hoaks saat ini sudah mengkhawatirkan dan cenderung membangun keresahan di tengah masyarakat. Tahun politik juga menambah atmosfer perpolitikan di Indonesia memanas dan meningkatkan potensi bagi kelompok-kelompok yang ingin memecah belah masyarakat dengan berita bohong.

"Berita palsu yang dibuat seolah-olah benar. Pemberitaan ini mengecoh masyarakat dan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat," kata dia.

Khusus di Sumatra Barat, Nasrun menilai pemberitaan di media-media, baik lokal maupun nasional, masih kondusif. Penyeberan berita bohong di media sosial juga terpantau tidak begitu signifikan. Meski begitu, ia tidak menampik bahwa Sumatra Barat tetap memiliki risiko dalam penyebaran hoaks.

"Saya percaya masyarakat Sumbar sudah antisipasi dan pahami tentang berita hoaks ini. Meski begitu, bukan berarti tidak ada. Kami sudah lakukan proses penanganan," katanya.

Polda Sumbar, lanjutnya, telah membentuk tim patroli dunia maya dalam Satgas Nusantara. Tim ini bertugas untuk menyusuri potensi penyebaran berita hoaks di Sumatra Barat, khususnya selama proses pilkada tahun 2018 ini.

Tahun ini Sumatra Barat memang menyelenggarakan pilkada di tiga kota, yakni Padang Panjang, Pariaman, dan Sawahlunto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement