Selasa 27 Mar 2018 06:55 WIB

Kecemasan dan Depresi Picu Kecanduan Ponsel Cerdas

Pemilik masalah hidup mencari jeda dari kehidupannya lewat ponsel.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Indira Rezkisari
Kecanduan ponsel merupakan isu kesehatan mental yang harus diwaspadai.
Foto: EPA
Kecanduan ponsel merupakan isu kesehatan mental yang harus diwaspadai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian menyebutkan, orang-orang yang kurang stabil secara emosional dan menderita kecemasan, serta depresi lebih mungkin untuk kecanduan gawai. Stabilitas emosional ditandai dengan memiliki ketahanan emosional. Studi ini menemukan bahwa menjadi kurang stabil secara emosional dikaitkan dengan perilaku penggunaan ponsel yang bermasalah.

Orang-orang yang berjuang dengan kesehatan mental lebih cenderung menggunakan ponsel secara intensif, sebagai bentuk terapi, dan individu yang kurang teliti, semakin besar kemungkinan mereka kecanduan ponsel. Ketika tingkat kecemasan meningkat, penggunaan ponsel yang bermasalah juga meningkat, temuan menunjukkan.

"Penggunaan smartphone bermasalah lebih kompleks dari yang diperkirakan sebelumnya dan penelitian kami telah menyoroti interaksi berbagai faktor psikologis dalam studi penggunaan smartphone," kata Zaheer Hussain, Dosen di Psikologi di University of Derby di Inggris, dalam sebuah pernyataan, dilansir dari laman The Indian Express.

Ia melanjutkan, ini karena orang mungkin mengalami masalah dalam hidup mereka seperti stres, kecemasan, depresi, masalah keluarga, sehingga dalam keadaan itu mereka secara emosional tidak stabil. Artinya, mereka mungkin mencari istirahat dalam penggunaan ponsel yang sangat berlebihan, ini menjadi hal yang mengkhawatirkan.

Dalam penelitian tim psikolog melakukan studi daring dengan 640 pengguna ponsel cerdas. Mereka berusia antara 13-69 tahun, untuk mengetahui hubungan antara penggunaan ponsel cerdas dan ciri-ciri kepribadian.

Hasilnya menunjukkan bahwa orang-orang yang "tertutup" atau kurang terbuka dengan emosi mereka lebih cenderung memiliki masalah dengan penggunaan ponsel cerdas.

"Mereka mungkin terlibat dalam penggunaan jejaring sosial pasif, di mana Anda menghabiskan banyak waktu di Facebook, Twitter, Instagram, menelusuri komentar, gambar, dan pos orang lain, dan tidak mengunggah sesuatu milik Anda sendiri dan tidak terlibat dalam diskusi dengan orang lain, jadi tidak ada interaksi sosial yang nyata positif saat jejaring sosial," kata Hussain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement