Jumat 06 Apr 2018 21:08 WIB

In Picture: Konservasi Gajah Riau (1)

Konflik gajah dengan manusia di Sumatera, khususnya di Provinsi Riau cukup tinggi..

Rep: FB Anggora/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Sejumlah pawang (mahout) mengendarai Gajah Sumatera (FOTO : FB Anggoro/Antara)

mahout memeluk gajah Sumatera di Pusat Konservasi Gajah Riau (FOTO : FB Anggoro/Antara)

Seorang mahout bersama gajah Sumatera menuju area penggembalaan (FOTO : FB Anggoro/Antara)

Mahout-mahout memandikan gajahnya sebagai bentuk ikatan emosional keduanya. (FOTO : FB Anggoro/Antara)

Seekor gajah Sumatera jantan di Pusat Konservasi Gajah Riau, (FOTO : FB Anggoro/Antara)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, RIAU -- Konflik gajah dengan manusia di Sumatera, khususnya di Provinsi Riau cukup tinggi karena gajah bagi sebagian besar orang masih dianggap sebagai hama. Ledakan populasi manusia dan kebijakan pemerintah yang mengatasnamakan pembangunan, membuat hutan sebagai habitat gajah Sumatera makin menciut lebih cepat dari yang diprediksi. 

 

Data dari Forum Konservasi Gajah Indonesia menyebutkan, populasi gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) menurun drastis hingga 70 persen dalam kurun 20-30 tahun terakhir dan diperkirakan tinggal sekitar 1.970 ekor pada 2013 karena ancaman kehilangan habitat hutan, konflik dengan manusia serta perburuan gading. 

 

Pusat Konservasi Gajah (PKG) di daerah Minas, Kabupaten Siak, Riau, menjadi suaka kecil untuk kelangsungan hewan yang terancam punah itu. PKG Riau merupakan sebuah unit di Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, yang merupakan badan di bawah naungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 

sumber : Antara Foto
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement