Jumat 13 Apr 2018 06:07 WIB

Waspada, Makanan Kaleng Bisa Merusak Sistem Pencernaan

Kandungan zinc dalam makanan kaleng bisa melebihi 100 kali kebutuhan harian.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Makanan kalengan.
Foto: EPA
Makanan kalengan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurangilah makanan yang sudah dalam bentuk kaleng. Jenis makanan tersebut mengandung zinc oxide yang berpotensi merusak sistem pencernaan.

Makanan kaleng seperti sarden, jagung, kacang polong, tuna, ayam, dan lainnya akan menawarkan kepraktisan. Namun di balik kemudahan itu, ada ancaman kesehatan yang perlu diperhatikan.

"Kami menemukan nano partikel zinc oxide (ZnO) pada dosis yang relevan dengan apa yang biasanya Anda makan dalam makanan atau sehari dapat mengubah cara usus menyerap nutrisi atau gen sel usus dan ekspresi protein," kata Associate Professor di Binghamton University di New York Gretchen Mahler, dikutip dari Indian Express.

Penelitian tersebut menyatakan jika nano partikel oksida hadir dalam wadah kaleng. Biasanya penggunaan bahan tersebut dianggap baik untuk sifat antimikroba dan mencegah perubahan warna makanan yang memproduksi sulfur.

Namun, ternyata zinc oxide dapat berdampak negatif pada cara kerja saluran pencernaan manusia. Hasil studi itu mengungkapkan, jika makanan kaleng mengandung 100 kali kebutuhan zink harian.

"Mereka cenderung menetap ke sel-sel yang mewakili saluran pencernaan dan menyebabkan renovasi atau kehilangan mikrovili, yang merupakan proyeksi kecil di permukaan sel serap usus yang membantu untuk meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk penyerapan," kata Mahler.

Kehilangan luas permukaan ini cenderung menghasilkan penurunan serapan hara. Beberapa nano partikel juga menyebabkan pensinyalan pro-inflamasi pada dosis tinggi, dan ini dapat meningkatkan penyerapan yang berhubungan dengan usus.

Dengan kata lain, itu dapat memungkinkan lewatnya senyawa yang tidak seharusnya melewati ke dalam aliran darah. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Food & Function, melihat berapa banyak partikel yang dapat ditransfer ke makanan kaleng.

"Model kami menunjukkan nano partikel memang memiliki efek pada model in vitro kami, dan memahami bagaimana mereka mempengaruhi fungsi usus adalah bidang studi yang penting untuk keselamatan konsumen," kata Mahler.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement