Kamis 19 Apr 2018 17:14 WIB

Pakar: Konstruksi Rumah Sakit Harus Lebih Kuat

Rumah sakit harus tahan gempa.

Red: Yudha Manggala P Putra
Rumah Sakit (Ilustrasi)
Foto: mtanz.org.nz
Rumah Sakit (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pakar gempa Universitas Andalas (Unand) Padang Dr Badrul Mustafa menyarankan konstruksi rumah sakit dan sekolah di Sumatra Barat harus lebih kuat dari bangunan lain agar tahan gempa.

"Gedung sekolah sebagai tempat generasi penerus belajar mereka harus mendapat prioritas keselamatan, sedangkan rumah sakit perannya vital jika ada korban setelah gempa akan diobati di sana," kata dia di Padang, Kamis (19/4).

Menurut dia di Jepang konstruksi rumah sakit dan sekolah setara kekuatannya dengan istana negara karena pentingnya bangunan tersebut. Untuk sekolah selain bangunannya harus kokoh jika terjadi tsunami setelah gempa tentu dapat dimanfaatkan sebagai lokasi evakuasi sementara jika bangunannya dibuat bertingkat, katanya.

Sementara untuk rumah sakit selain melindungi pasien yang sedang dirawat juga dapat dijadikan sarana evakuasi dan pusat penanganan korban.

Oleh sebab itu pelaksana proyek pembangunan rumah sakit dan sekolah harus memahami soal ini sehingga kualitas bangunan yang dibuat benar-benar kokoh dan tidak ada anggaran yang disunat, katanya.

Terkait kondisi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang ia menilai setelah kejadian gempa 2009 bangunan yang roboh saat itu sudah dibangun baru lagi. "Artinya kalau bangunan baru sudah dipastikan sesuai standar dan tahan gempa, sedangkan bangunan lama yang tidak roboh kondisinya juga cukup baik," katanya.

Ia menambahkan berdasarkan hasil penelitian terdapat potensi gempa dan tsunami yang bersumber dari Mentawai megathrust dengan potensi kekuatan mencapai 8,9 skala richter

Mentawai Megathrust merupakan zona subduksi antara kerak Samudera dengan lempeng Sumatera dengan kondisi kerak samudera menghunjam ke bawah lempeng Indo-Australia di Sumatra.

Mentawai megathrust berpotensi mengeluarkan energi 8,9 skala richter (SR) dan berpotensi tsunami dan merupakan pengulangan 200 tahunan gempa di patahan Siberut.

Sementara Kepala BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang, Rahmat Triyono meminta seluruh pihakmempersiapkan diri dan jangan terlena hanya karena daerah yang jauh dari laut atau sumber gempa.

Menurut Rahmat, gempa bumi tidak pernah membunuh tetapi reruntuhan bangunan yang menyebabkan timbulnya korban jiwa, oleh sebab itu masyarakat sebaiknya mendirikan bangunan yang ramah gempa bumi untuk meminimalkan korban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement