Jumat 11 May 2018 21:25 WIB

Aher: Petani Kopi Jabar Terapkan Filosofi Luwak

Menurut Aher, Luwak hanya mengambil biji kopi yang matang.

Red: Yudha Manggala P Putra
Seorang petani merawat biji kopi arabika di kawasan perkebunan kopi peremajaan Desa Jabal Antara, Nisam Antara, Aceh Utara, Aceh, Senin (16/4). Menjelang masa panen serentak permintaan kopi gayo  kualitas unggulan jenis arabika dan luwak  meningkat dengan harga di tingkat penampung sebesar Rp150.000-Rp200.000 per kg
Foto: Rahmad/Antara
Seorang petani merawat biji kopi arabika di kawasan perkebunan kopi peremajaan Desa Jabal Antara, Nisam Antara, Aceh Utara, Aceh, Senin (16/4). Menjelang masa panen serentak permintaan kopi gayo kualitas unggulan jenis arabika dan luwak meningkat dengan harga di tingkat penampung sebesar Rp150.000-Rp200.000 per kg

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Para petani kopi di wilayah Jawa Barat menerapkan filosofi luwak sehingga memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri dibanding kopi-kopi lainnya di Nusantara. Hal itu diungkapkan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan saat membuka acara Ngopi Saraosna Vol 5 di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (11/5).

Menurut Aher, Luwak hanya mengambil biji kopi yang matang sebagai dasar untuk menghasilkan kopi yang terbaik. Hal inilah yang diterapkan petani kopi di Jawa Barat sehingga menghasilkan produk yang memiliki kualitas.

"Ternyata, kita menggunakan filosofi Luwak. Ajaran Luwak yang digunakan oleh perajin-perajin kopi di Jawa Barat. Ini perilaku yang perlu kita Indonesiakan," kata Aher.

Menurut Aher, kopi menjadi salah satu potensi unggulan yang memiliki prospek pengembangan yang cukup menjanjikan. Melalui acara Ngopi Saraosna, ia berharap bisa lebih mengangkat dan mengenalkan kopi yang berasal dari Jawa Barat kepada masyarakat.

"Hal ini menunjukan industri kopi di Jabar terus berkembang dan diakui oleh pecinta kopi di Indonesia bahkan dunia. Lewat event Ngopi Saraosna juga jadi fasilitas untuk terus mengenalkan kopi khas Jabar," katanya.

Gelaran Ngopi Saraona ini akan berlangsung selama dua hari mulai tanggal 11-12 Mei 2018. Puluhan gerai penjual kopi berderet, dikelilingi gerai yang memberikan berbagai informasi kepada pengunjung mengenai penanaman, pengolahan, sampai penyeduhan kopi.

Menurutnya saat ini kualitas kopi di Jabar sudah sangat baik, meski secara kuantitas belum memadai. Saat ini, kata dia, baru ada sekitar 80 ribu hektar lahan di Jabar yang ditanami kopi dan berencana menambah 80 ribu hektar lahan yang tersebar di seluruh wilayah Priangan.

"Ke depan tentu harus terus ditambah kuantitasnya. Saya kira masih bisa tambah 80 ribu hektar lagi, nanti bekerja sama dengan Perhutani," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement