Senin 21 May 2018 19:43 WIB

Wanita Menopause Alami Peningkatan Lemak Perut

Studi membuktikan hilangnya estrogen pendorong utama bertambahnya lemak

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Persiapkan diri menjelang menopause/ilustrasi
Foto: yorkshiretimes.co.uk
Persiapkan diri menjelang menopause/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wanita memiliki hubungan cinta dan benci dengan hormon estrogen. Kadar estrogen tinggi dapat menyebabkan sindrom pramenstruasi (PMS), endometriosis, fibroid, bahkan kanker payudara.

Penurunan kadar estrogen secara perlahan menjelang menopause juga membuat Kaum Hawa menderita. Mereka bisa mengalami hot flash, perubahan suasana hati, dan pengeroposan tulang.

Pada akhirnya ini menyebabkan wanita mendapatkan gelambir atau lemak perut. Studi baru diterbitkan dalam Jurnal Endokrinologi & Metabolisme Klinik Endokrin menunjukkan wanita pascamenopause yang mengikuti terapi hormon terbukti bisa memiliki jaringan lemak lebih sedikit di perutnya dibanding wanita pacamenopause yang tidak menjalani terapi hormon.

Peneliti mengumpulkan data tentang terapi hormon yang dilakukan 1.086 wanita pascamenopause berusia 50-80 tahun. Semua menjalani pemindaian x-ray absorptiometry energi ganda untuk mengukur lemak tubuh mereka.

Peneliti menemukan wanita yang menjalani terapi hormon pascamenopause biasanya menggunakan hormon estrogen saja, estrogen dan progesteron, atau estrogen dan progestin (hormon sintetis yang mirip progesteron) untuk mengurangi lemak perut secara signifikan.

"Ketika wanita menghentikan terapi hormon, mereka bisa dengan cepat dan mudah mendapatkan kembali lemak perut. Studi ini menambah bukti bahwa hilangnya estrogen pendorong utama bertambahnya lemak perut pada wanita pascamenopause," kata Kepala Bagian Endrokrinologi, Diabetes, dan Metabolisme di Lausanne University Hospital, Georgios E Papadakis, dilansir dari US News, Senin (21/5).

Profesor Kedokteran di Colorado University Anshutz Medical Campus, Wendy M Kohrt mengatakan hilangnya estrogen sepenuhnya mendorong peningkatan lemak sekitar perut hingga 10 persen dalam waktu lima bulan. Penelitian ini sudah diterbitkan dalam Jurnal BioMed Research International pada 2014.

"Lemak yang disimpan di wilayah perut terkait dengan peningkatan risiko diabetes tipe-2, penyakit jantung, dan masalah kesehatan kronis lainnya," kata Kohrt.

Ini bukan lemak yang berada di bawah kulit perut Anda atau bagian yang bisa Anda cubit. Lemak ini berada di belakang dinding perut, tepatnya di sekitar beberapa organ vital sekitar perut.

Penurunan kadar estrogen memicu kenaikan berat badan, khususnya lemak di bagian perut. Kebiasaan tidur yang buruk meningkatkan kadar hormon stres kortisol yang akhirnya meningkatkan kecenderungan tubuh menyimpan lemak di sekitar pinggang.

Tidur buruk meningkatkan nafsu makan, membuat perut terus mengidam makanan yang tinggi kalori dan tinggi lemak. Seseorang pun bisa terbiasa makan berlebihan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement