Selasa 29 May 2018 05:01 WIB

Remaja di 10 Sekolah Yogyakarta Kekurangan Vitamin D

Rendahnya kadar vitamin D dapat mengganggu pertumbuhan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ani Nursalikah
vitamin D memainkan peran penting dalam mendukung kekebalan tubuh, baik bawaan maupun adaptif.
Foto: Boldsky
vitamin D memainkan peran penting dalam mendukung kekebalan tubuh, baik bawaan maupun adaptif.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kekurangan vitamin D dirasa menjadi persoalan yang mengancam anak Indonesia. Selain menghambat pertumbuhan dan memicu penyakit tulang, defisiensi mendorong timbulnya penyakit lain seperti penyakit kardiovaskular, dislipidemia, diabetes, dan hipertensi.

Ahli gizi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dian Caturini Sulistyoningrum mengatakan, permasalahan ini kebanyakan muncul di negara-negara empat musim, terutama, dengan paparan sinar matahari terbatas seperti Eropa, Amerika Utara dan sebagian Australia.

Namun, ia melihat, saat ini defisiensi vitamin D juga terjadi di negara-negara tropis.

Karenanya, Dian berpendapat, kekurangan vitamin merupakan persoalan di hampir seluruh negara-negara dunia.

"Tidak terkecuali negara-negara yang mendapatkan banyak paparan sinar matahari, termasuk Indonesia," kata Dian.

Dian turut melakukan riset di Kanada pada beragam etnis, yaitu Kaukasia, Asia Timur, Asia Selatan, dan Aborigin. Hal ini dilakukan karena orang yang berasal dari ras Asia Selatan memiliki vitamin D terendah walau memiliki indeks massa tubuh yang sama (IMT).

Fakta tunjukkan orang Asia Selatan dengan paparan sinar matahari yang sama dengan orang Kaukasia di negara-negara empat musim rentan kekurangan vitamin D. Fenomena rendahnya kandungan vitamin D pada orang Asia Selatan lantaran timbunan lemak visceral tertimbun.

Utamanya, di sekitar organ-organ penting seperti jantung, hati dan ginjal. Lemak tersebut menyerap lebih banyak vitamin D yang menyebabkan kadarnya menjadi rendah dalam darah.

Simpanan lemak tubuh berbanding lurus dengan kekurangan vitamin D. Dari hasil riset yang dilakukan Dian pada anak usia 15-18 tahun di 10 sekolah Kota Yogyakarta menunjukkan hal serupa. Hampir 100 persen dari sampel penelitian mengalami defisiensi vitamin D.

"Dari 68 remaja laki-laki yang mengalami obesitas semuanya mengalami defisiensi vitamin D," ujar Dian.

Ia menambahkan, kadar vitamin D dalam darah para remaja hanya berada di angka rata-rata 15 ng/dL. Sedangkan, kadar vitamin D dalam darah sesuai standar seharusnya berada di kisaran 20 ng/dL.

Rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh dapat meningkatkan faktor risiko terkena penyakit tidak menular. Di antaranya kardiovaskuler, hipertensi, dislipidemia, intoleransi glukosa dan diabetes, serta berhubungan dengan kejadian penyakit autoimmune.

Setelah diintervensi dengan pemberian suplemen sebanyak 800 IU per hari selama enam pekan, diketahui mampu memperbaiki resistensi insulin. Dengan begitu, pemberian suplemen ini dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan kekurangan vitamin D.

Dian menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat atas pentingnya vitamin D untuk mewujudkan masa depan anak-anak yang lebih baik. Kekurangan vitamin D akan mengganggu pertumbuhan dan rentan terkena penyakit tidak menular.

"Kebutuhan vitamin D 90 persennya dari sinar matahari, sementara yang lain bisa dipenuhi dengan konsumsi makanan seperti ikan seperti tuna, makerel (ikan tenggiri, kembung), salmon, telur, susu, dan lainnya," kata Dian.

Selain menjaga pola hidup sehat, Dian mengimbau masyarakat rajin konsultasi kesehatannya ke tenaga kesehatan, termasuk status vitamin D dalam tubuh. Dengan begitu, diharapkan status vitamin D dapat terpantau dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement