Senin 18 Jun 2018 16:34 WIB

Transaksi di Pusat Perbelanjaan di Padang Menurun

Transaksi turun 20 persen selama Ramadhan dan Lebaran tahun ini

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Malam takbiran menjelang Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriah, dua pusat perbelanjaan di Bekasi ramai pengunjung, Kamis (14/6).
Foto: Republika/Rosi Handayani
Malam takbiran menjelang Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriah, dua pusat perbelanjaan di Bekasi ramai pengunjung, Kamis (14/6).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Pelemahan daya beli yang sempat dirasakan pedagang di Kota Padang, Sumatra Barat pada 2017 lalu ternyata masih berlanjut hingga kini. Saat libur Lebaran 2018 kali ini misalnya, pengelola pusat perbelanjaan mengeluhkan penurunan nilai transaksi selama bulan Puasa hingga Lebaran dibanding periode tahun lalu.

Asisten Manajer Marketing Sentral Pasar Raya (SPR) Plaza, Bharata Laksamana, mengungkapkan bahwa nilai transaksi di pusat perbelanjaan yang ia kelola diprediksi turun 20 persen selama Ramadhan dan Lebaran tahun ini, dibanding tahun 2017. Meski begitu, tetap terjadi peningkatan nilai transaksi hingga 100 persen bila dibandingkan dengan hari biasa.

"Lebaran tahun ini lebih sepi dibanding tahun lalu. Ya kalau dibandingkan hari biasa jelas ada peningkatan. Pedagang ini berharapnya di satu bulan ini saja kan," jelas Bharata, Senin (17/6).

Meski mengaku belum memiliki angka statistik resmi, Bharata menyampaikan bahwa penurunan nilai transaksi didukung oleh penurunan jumlah pengunjung. Bahkan ia sempat menampung keluhan pemilik toko yang mengaku penurunan omzet hingga 50 persen dibanding periode Lebaran tahun 2017.

"Contohnya, 3 hari sebelum Lebaran sepi jual beli. Padahal biasanya satu toko bisa Rp 12 juta (omzetnya) sehari. Kenyataannya Rp 4-5 juta sudah banyak. Cuma ini 3 hari aja. Sebelumnya ya memang lumayan," ujarnya.

Bharata menilai penurunan nilai transaksi pada libur Lebaran kali ini disebabkan daya beli masyarakat yang masih menurun. Meski tahun ini pemerintah memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) dengan nilai yang lebih besar bagi PNS, Bharata menilai imbasnya belum menyentuh pedagang kecil.

Selain daya beli yang menurun, Bharata juga menilai anjloknya omzet pedagang disebabkan oleh menjamurnya pasar dadakan di sejumlah titik di Kota Padang. Ia memandang, keberadaan pasar dadakan menjelang Lebaran membuat sebagian masyarakat enggan mampir ke pusat perbelanjaan.

"Padahal harga juga sama. Namun masyarakat ada yang lebih memilih beli di pasar-pasar dadakan itu," kata Bharata.

Sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumbar, Endy Dwi Tjahjono menjelaskan bahwa berdasarkan pola tahunan yang tercatat, jumlah uang beredar selama Puasa dan Lebaran selalu tumbuh di kisaran 4 persen pertahun.

Namun, Endy punya prediksi adanya pertumbuhan uang beredar yang lebih tinggi pada Puasa dan Lebaran tahun ini. Alasannya, momentum Lebaran berdekatan dengan Pilkada serentak yang membuat konsumsi partai politik ikut melonjak.

"Hal ini akan menambah uang beredar dari partai maupun kadidat individu yang banyak memberikan uang bantuan tunai secara langsung kepada masyarakat," jelas dia.

Tak hanya itu, peningkatan uang beredar juga disebabkan oleh kebijakan pemerintah pusat untuk menyalurkan Tunjangan Hari Raya (THR) dengan nominal yang lebih tinggi dibanding tahun lalu. THR, menurutnya, praktis membuat pola konsumsi masyarakat ikut melambung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement