Jumat 22 Jun 2018 18:31 WIB

Gempuran Keramik Impor Cina Desak Industri Lokal

Sementara ekspor keramik dari Kota Malang masih terkendala kapasitas produksi

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Budi Raharjo
Perajin menata sejumlah keramik tanah liat buatan produsen lokal. (ilustrasi)
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Perajin menata sejumlah keramik tanah liat buatan produsen lokal. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Gempuran keramik impor dari Cina dinilai telah mempengaruhi pasar lokal di Indonesia terutama Kota Malang. Posisi sektor industri keramik yang semula berada di peringkat empat dunia merosot menjadi ketujuh.

"Posisi sektor industri keramik tiga tahun lalu masuk empat besar dunia. Tapi dengan impor dari Cina yang menggempur industri, kita turun di urutan tujuh atau delapan. Melihat hal ini, maka diupayakan untuk memberikan kebijakan dalam berbagai hal," kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian (Dirjen IKTA Kemenperin), Achmad Sigit Dwiwahjono di Balaikota Malang, Jumat (22/6).

Khusus industri kerajinan, pihaknya mencoba mengarahkan tidak hanya untuk suvenir tapi juga keramik teknik. Fokus ke keramik teknik itu dianggap perlu karena kebutuhannya sedikit tapi harganya mahal. Ke depan, industri keramik Dinoyo akan lebih diarahkan ke sana karena nilai tambahnya besar dan Sumber Daya Manusia (SDM) juga tidak diragukan lagi.

"Jadi nanti anting-anting, gelang dan lainnya itu bisa terbuat dari keramik. Ini akan diupayakan dan keramik Dinoyo diarahkan ke sana karena nilai tambahnya lebih besar. SDM di Malang juga enggak diragukan dan bisa memberikan produk bernilai tinggi," kata dia.

Seperti diketahui, Kemenperin baru saja memberikan hibah peralatan untuk Pemerintah Kota (Pemkot) Malang. Hibah ini akan digunakan untuk meningkatkan produksi keramik di Industri Keramik Dinoyo, Lowokwaru, Kota Malang.

Menurut Sigit, bantuan tersebut hanya tahap awal karena pihaknya berencana bekerja sama dengan Belanda. Tujuannya agar desain Eropa dapat dikenalkan di Malang lalu bisa diekspor ke Eropa.

Sebelumnya, industri rotan di Sulawesi Tengah juga telah dilakukan upaya serupa dengan bekerja sama dengan Jerman. Upaya tersebut, kata  dia,  tumbuh positif dan investasi Eropa akhirnya masuk ke Indonesia. "Dan kalau keramik bisa, maka itu akan menambah nilai tambah Kota Malang," tegasnya.

Ekspor terkendala
Ekspor industri keramik Dinoyo Kota Malang masih terkendala beberapa faktor. Salah satu di antaranya perihal kapasitas yang belum mumpuni standar.

"Satu bulan itu kapasitasnya harus sekian ribu, satu kontainer. Dan kita belum bisa mencapai itu. Dan harapannya dengan adanya bantuan bisa bertambah," ujar Ketua Paguyuban Pengrajin Keramik Dinoyo, Syamsul Arifin saat ditemui wartawan di Pabrik Keramik Dinoyo, Lowokwaru, Kota Malang.

Sebagai informasi, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) baru saja memberikan bantuan peralatan dan mesin melalui Pemerintah Kota (Pemkot) Malang. Bantuan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi keramik di Dinoyo, Lowokwaru, Kota Malang.

Saat ini, kata Syamsul, paguyubannya memiliki 33 pengrajin yang di dalamnya terdapat penjual. Setiap bulan setidaknya berhasil memproduksi 2.000 hingga 3.000 keramik yang kebanyakan untuk suvenir.

Penjualannya dalam sebulan habis sekitar 80 persen dengan pemasaran di lokasi Dinoyo, Lowokwaru, Kota Malang. "Itu kebanyakan keramik hias untuk suvenir, ke depan kita berharap bisa keramik teknik juga," tambah dia.

Menurut dia, keramik teknik itu sangat diperlukan saat ini terutama pada industri tekstil. "Dan maksud dari keramik teknik di sini adalah biasanya mesin industri itu ada komponen keramik yang sifatnya tahan haus dan asam. Di industri tekstil, mesin tenun lebih bagus pakai komponen keramik dibandingkan logam. Logam itu sifatnya haus sehingga benang mudah putus," kata dia.

Mengenai kondisi industri keramik, Syamsul berpendapat, saat ini relatif stabil. Namun industri sempat terganggu saat terbukanya pasar global sehingga keramik dari Cina berhasil menggempur produk lokal. Namun hal ini dapat diatasi selagi pengrajin tetap mengedepankan selera konsumen.

Menurut Syamsul, keramik kerajinan itu seperti batik tulis yang kebanyakan buatan tangan. Dia menilai, konsep ini harus terus dipertahankan jika tidak ingin kalah dari produk asing.

"Karena kita jadi punya nilai tersendiri di mata konsumen. Seperti Keramik Cina itu pasti motifnya budaya Cina dengan simbol tertentu. Nah kita juga bisa karena Indonesia punya kekayaan alam dan budaya  yang banyak. Itu tinggal dikreasikan ke dalam motif keramik," jelasnya.

Ke depan, pihaknya juga berencana akan semakin menguatkan produksi keramik teknik juga. Apalagi, dia melanjutkan, pihaknya telah menerima bantuan hibah peralatan dan mesin dari Kemenperin.




Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement