Ahad 01 Jul 2018 10:19 WIB

Tim Forensik Selidiki Kematian Gajah di Bengkulu

Sampel akan dikirim ke laboratorium di Bogor untuk mengetahui penyebab kematian.

Red: Ratna Puspita
Seekor gajah Sumatera jantan.
Foto: FB Anggoro/Antara
Seekor gajah Sumatera jantan.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Tim forensik dipimpin dokter hewan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung mengambil 14 sampel dari bangkai seekor gajah Sumatera (Elephas maximus Sumatranus) untuk mengetahui penyebab kematian satwa langka itu. Gajah ini ditemukan mati di kawasan Hutan Produksi (HP) Air Teramang Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu.

"Sampel akan dikirim ke laboratorium di Bogor untuk mengetahui penyebab kematian gajah," kata Kepala Bagian Tata Usaha BKSDA Bengkulu-Lampung, Suharno di Bengkulu, Ahad (1/7).

Ia mengatakan gajah betina yang diperkirakan berumur di atas 20 tahun itu ditemukan sudah dalam kondisi membusuk di wilayah HP  Air Teramang. Wilayah itu masuk dalam wilayah Desa Retak Mudik, Kecamatan Sungai Rumbai, Kabupaten Mukomuko.    

Lokasi kejadian berjarak 3,5 kilometer dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan telah berubah menjadi kebun sawit yang baru ditanam. Di lokasi kejadian, tim menemukan kotoran dan jejak kaki kelompok gajah liar, serta dua pondok kebun telah dihancurkan oleh gajah liar.

Suharno mengatakan, gajah itu diperkirakan mati pada 21 Juni 2018. Tim mendatangi lokasi untuk melakukan bedah bangkai untuk sampel serta pemeriksaan tempat kejadian perkara pada Jumat (29/8).    

"Hasil pemeriksaan toksikologi dan hispatologi untuk menegakkan diagnosa penyebab kematian satwa ini," ujarnya.    

Apabila ada indikasi tindakan pembunuhan terhadap satwa lindung itu maka pelakunya akan dicari guna. Pencarian untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut mengenai adanya potensi ancaman terhadap keberadaan satwa liar di habitatnya.    

Ia menambahkan HP Air Teramang dan sekitarnya merupakan habitat bagi populasi terakhir kelompok besar gajah liar di wilayah Provinsi Bengkulu.    

Kawasan hutan yang berada di bawah pengelolaan KPHP Mukomuko itu pernah menjadi habitat kelompok terbesar gajah liar mencapai 40 ekor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement