Senin 16 Jul 2018 13:04 WIB

IHSG Bertengger di Zona Merah Siang Ini

Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus pada Juni.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Pekerja melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta. ilustrasi
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada akhir perdagangan sesi I awal pekan ini, Senin, (16/7). Pelemahannya mencapai 0,97 persen atau 57,86 poin di 5.886,22.

Sebelumnya pada pembukaan tadi pagi, indeks saham memang telah berada di zona merah. Dengan penurunan 0,04 persen atau 2,16 poin di 5.941,91.

Indeks saham pun semakin terperosok. Pasalnya, jelang akhir perdagangan sesi I melemah sekitar 45 poin ke 5.898. Sejumlah saham di berbagai sektor juga tampak melemah.

Di sektor perbankan misalnya, hanya saham Bank Negara Indonesia (BBNI) yang menguat 50 poin atau 0,69 persen di 7.300. Sementara lainnya, berada di zona merah.

Pelemahan terdalam dialami Bank Mandiri (BMRI). Saham bank berpelat merah tersebut turun 175 poin atau 2,65 persen di 6.425.

Di sektor konsumer, hanya saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Kino Indonesia Tbk (KINO) yang terlihat menghijau. Masing-masing menguat 50 poin dan 10 poin ke 3.080 serta 1.700. Selanjutnya, di sektor energi, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) melemah paling dalam. Pelemahannya mencapai 900 poin atau 3,67 persen di 23.600.

Baca juga, Perdagangan Indonesia Alami Surplus 174 Miliar Dolar AS.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada berharap, IHSG bisa bertahan di atas support 5.898 sampai 5.916. Hal itu agar dapat melanjutkan penguatannya.

"Sementara resisten diharapkan dapat menyentuh Kisaran 5.955 sampai 5.968," ujarnya di Jakarta, Senin, (16/7). Menurutnya, berbagai sentimen perlu diwaspadai.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar 1,74 miliar dolar AS pada Juni 2018. Neraca perdagangan akhirnya mencatat surplus secara bulanan setelah terjadi defisit sejak April 2018.

Secara kumulatif dari Januari hingga Juni 2018, neraca dagang masih mencatat defisit sebesar 1,02 miliar dolar AS. "Secara kumulatif masih terjadi defisit karena pada Januari, Februari, April, dan Mei neraca dagang mengalami defisit. Hanya terjadi surplus pada Maret dan Juni," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Senin (16/7).

Kinerja perdagangan pada Juni 2018 mengalami penurunan secara bulanan. Hal ini karena pada saat itu bertepatan dengan periode lebaran.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement