Rabu 15 Aug 2018 19:17 WIB

Surabaya Manfaatkan Larva Kurangi Limbah Rumah Tangga

Sampah sisa makanan kemudian dicacah dan digunakan untuk makanan larva.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ratna Puspita
Pengelolaan sampah dengan menggunakan teknologi Black Soldier Fly (BSF) atau larva yang diterapkan Pemkot Surabaya.
Foto: dok. Pemkot Surabaya
Pengelolaan sampah dengan menggunakan teknologi Black Soldier Fly (BSF) atau larva yang diterapkan Pemkot Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus berupaya mengurangi limbah bekas rumah tangga di masyarakat. Salah satunya dengan mengoptimalkan sistem pengelolaan sampah dengan menggunakan teknologi Black Soldier Fly (BSF). 

Koordinator Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan Dwijo Warsito mengatakan teknik tersebut merupakan pengelolaan limbah rumah tangga dengan memanfaatkan larva. Warsito menjelaskan, teknologi BSF ini merupakan cara mengurai sampah dari bekas sisa makanan. 

Teknik menjadikan limbah tersebut makanan larva yang mulai berumur lima hari sehingga sampah tersebut lebih mudah dan cepat terurai. “Jadi, kami awalnya dikasih bibit belatung (BSF) yang kecil. Setelah lima hari, kami kasih makan sampah organik. Contohnya seperti sisa makanan,” kata Warsito, saat ditemui di PDU Jambangan, Rabu, (15/8).

photo
Pengelolaan sampah dengan menggunakan teknologi Black Soldier Fly (BSF) atau larva yang diterapkan Pemkot Surabaya.

Sejak Oktober 2017, teknologi ini mulai dikembangkan di PDU Jambangan. Hasilnya, satu kotak yang berisi 10 ribu larva mampu mengurai limbah rumah tangga sebanyak 12 kilogram dalam waktu 12 hari. 

Menurut Warsito, selama ini sampah yang ada di Surabaya kebanyakan limbah bekas rumah tangga. Teknik ini bisa diterapkan untuk mengurangi limbah rumah tangga yang ada di masyarakat. 

Saat ini, teknologi ini baru diujicobakan di dua RT Kelurahan Jambangan Surabaya. “Kemarin saja kami uji coba pada dua RT itu, mampu mengurangi sampah bekas makanan sebanyak 2,5 ton dalam satu bulan,” kata Warsito.

Ia juga memanfaatkan larva berumur dewasa untuk pakan ternak. "Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Singapura, ternyata larva ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi," ujar Warsito.

photo
Pengelolaan sampah dengan menggunakan teknologi Black Soldier Fly (BSF) atau larva yang diterapkan Pemkot Surabaya.

Warsito menerangkan larva yang telah menjadi lalat mampu menghasilkan 300 hingga 400 telur. Sementara, kotoran larva yang telah menjadi residu dimanfaatkan sebagai kompos organik.

“Ada dua keuntungan yang kami dapat. Larva dewasanya untuk makan ternak, ikan juga bisa. Kotorannya (residu), kami gunakan untuk kompos,” kata Warsito.

Saat ini, kata dia, larva yang sudah dewasa didistribusikan oleh PDU Jambangan ke Taman Flora dan Taman Wonorejo untuk pakan ternak seperti ikan lele dan bebek. “Selama ini kan produksi kita masih sedikit. Ini kita distribusikan ke Taman flora dan Taman Wonorejo untuk pakan ternak,” ujar dia.

Warsito menambahkan teknologi urai sampah menggunakan BSF merupakan hasil kerja sama antara Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

photo
Pengelolaan sampah dengan menggunakan teknologi Black Soldier Fly (BSF) atau larva yang diterapkan Pemkot Surabaya.

Kasi Pemanfaatan Sampah DKRTH Surabaya Choirunnisa menyampaikan teknik ini mampu mengurai limbah rumah tangga lebih cepat. Sampah yang merupakan bekas sisa makanan kemudian dicacah dan digunakan untuk makanan larva.

“Dari segi larvanya sendiri memiliki nilai ekonomis tinggi. Jadi diharapkan masyarakat juga ikut untuk mandiri. Otomatis sampah yang kita kelolah bisa berkurang,” kata Dia.

Choirunnisa menambahkan, teknologi ini sebelumnya telah disosialisasikan ke Faskel se-Surabaya. Target ke depan, metode ini akan diterapkan di PDU se-Surabaya. “Jadi diharapkan masyarakat juga ikut mandiri mengelolah sampah mereka sendiri dengan menggunakan teknologi larva (BSF),” ujar dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement