Selasa 28 Aug 2018 07:45 WIB

Ragam Cara Bangkitkan Minat Baca Masyarakat

Kini, sudah ada 29 Pojok Baca yang tersebar di Garut dan Tasik.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Gita Amanda
Rendahnya Minat Baca Indonesia. Anak-anak membaca buku di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu (4/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Rendahnya Minat Baca Indonesia. Anak-anak membaca buku di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu (4/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Berdasarkan penelitian yang dilakukan Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 berjudul "Most Literred Nation in the world 2016", minat baca di Indonesia masih rendah. Dari 61 negara, Indonesia menduduki peringkat ke-60, di bawah Thailand dan di atas Bostwana.

Untuk itu, banyak cara yang digunakan pegiat literasi untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Mereka yang bergerak di bidang Taman Baca Masyarakat (TBM) memiliki cara masing-masing agar masyarakat di sekelilingnya gemar membaca.

Nero Taopik Abdillah, penggagas Komunitas Ngejah di Garut, Jawa Barat (Jabar) lebih dulu mengajak pemuda di wilayah sekitarnya untuk membahas isu kampung. Ia mengungkapkan, hal pertama yang dibicarakan olehnya kepada pemuda-pemuda itu adalah kondisi Garut yang menjadi salah satu kabupaten tertinggal di Jabar.

"Jadi nyari data dulu. Ini jangan-jangan pembangunannya kurang. Apa yang bisa kita lakukan? Bangun jembatan kan nggak mungkin, duitnya nggak ada kan," tutur guru Sekolah Dasar (SD) yang kerap disapa Opik itu kepada Republika.co.id di Rumah Hijau Denassa, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu.

Karena itu, ia berkata kepada mereka, yang dapat dilakukan sepertinya adalah sering melakukan diskusi dan kegiatan yang bersifat edukasi. Opik kemudian memberikan mereka beberapa buku untuk dibaca untuk didiskusikan setelahnya. Cara tersebut ia lakukan selama kurang lebih setahun.

Tahun kedua, ia mulai merambah ke siswa-siswi sekolah. Opik bersama dengan Komunitas Ngejah membuat kegiatan Pelatihan Jurnalis Pelajar, kegiatan yang kini menjadi agenda tahunan. Pada tahun keduanya itu pula, ia berpindah dari menggunakan kamar berukuran 3x4 ke saung sebesar 5x4 di depan halamannya.

Tak cukup menarik perhatian pemuda desa dan anak sekolah, di tahun ketiga Opik membuat program khusus, yakni Gerakan Kampung Baca. Kegiatan mingguan tersebut merupakan kegiatan menyambangi desa, kecamatan, hingga kabupaten tetangga untuk mengajak masyarakat di sana membaca.

"Biasanya (pesertanya) anak-anak, remaja, plus ibu-ibu. Bikin deh tuh kurikulum sederhana. Awal tujuan (dibuat) kenapa, ada permain untuk melebur relawan dan peserta. Ada perwakilan anggota Komunitas Ngejah atau Ngejah Juinor baca puisi di saung," terangnya.

Hingga pada akhirnya kampung baca sudah ada sekitar 20-30, ia berpikir untuk memberikan kampung-kampung yang bagus responsnya rak beserta bukunya. Rak-rak buku tersebut ditempatkan di madrasah dan dinamakan Pojok Baca. Kini, sudah ada 29 Pojok Baca yang tersebar di Garut dan Tasik.

Kesadaran akan minimnya minat baca masyarakat juga dirasakan oleh Herik Diana, pengelola TBM Khaidar di Cisambeng, Majalengka. Ia menjelaskan, sekitar 60 persen masyarakat di wilayahnya bekerja di pabrik tebu, termasuk para remajanya. Sisanya, ada remaja yang genar bermain, bersepeda, dan mendaki.

"Saya dekati dan beberapa di antara mereka sebagian tertarik. Tapi, saya masuki dunia mereka dulu. Contoh, ketika mendaki gunung saya ikut, tapi di ransel saya itu saya bawa lima buku. Di gunung itu kan nggak ada sinyal, mau nggak mau jadi baca buku hiburannya," ujar Herik.

Selain Opik dan Herik, ada cara lain yang digunakan oleh TBM Aykosh Nusa Ilmu yang beroperasi di Pangandaran, Jawa Barat. Sasaran utama dari TBM ini adalah anak-anak. Mereka ingin membangun literasi dari kamar tidur, yakni lewat dongeng yang dibacakan oleh para orang tua.

"Agar anak-anak itu, pertama, punya kebiasaan dongeng sebelum tidur, pengantar tidur. Sasarannya ibu-ibu anak-anak PAUD yang sekolah di situ, kebetulan ada PAUD," ujar Eldi, perwakilan dari TBM Aykosh Nusa Ilmu.

Ia menerangkan, ibu-ibu dari anak-anak tersebut akan diberikan materi terkait pengasuhan terlebih dahulu. Di sana, akan disediakan buku-buku bacaan dongeng anak. Setelah melakukan kegiatan, ibu-ibu itu dibekali buku untuk dibacakan sebelum anaknya tidur di malam hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement