Senin 03 Sep 2018 13:05 WIB

Twitter Uji Coba Fitur Penanda Sedang Online

Sejumlah pengguna keberatan terhadap fitur penanda ini demi alasan privasi

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Media sosial Twitter.
Foto: EPA
Media sosial Twitter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Manajemen Produk Twitter Sara Haider menyatakan aplikasi jejaring sosial tersebut terus melakukan pembaruan. Hal ini dilakukan agar platform tersebut lebih banyak digunakan untuk bercakap-cakap.

Unggahan Sara Haider di akunnya tersebut bahkan di retweet oleh sang pemilik alias CEO Jack Dorsey, dikutip dari laman Phone Arena, Senin (3/9). Sara menampilkan dua fitur baru yag sedang diuji coba sebelum benar-benar dipakai oleh warganet.

Fitur pertama berkaitan dengan balasan di ulasan Twitter. Dalam tangkapan layar yang diunggah, balasan di sebuah ulasan Twitter ditandai dengan kolom yang lebih menjorok ke kanan dibandingkan cuitan yang dibalas.

Fitur kedua yang sedang diuji Twitter berupa indikator bahwa akun tersebut saat ini sedang daring, berupa titik hijau di foto profil pengguna. Tapi, sejumlah pengguna menyatakan keberatan terhadap indikator ini karena masalah privasi dan penyalahgunaan.

Sejumlah pengguna menginginkan indikator ini bersifat pilihan, sementara lainnya, yang merasa mereka menjadi target dari pengguna lainnya, berpendapat indikator hijau ini akan membuat mereka diserang saat sedang online.

Sebelumnya Twitter mengumumkan akan mulai membersihkan layanan mereka dari akun-akun yang mencoba menghindar dari pemblokiran. Dilansir dari laman Techcrunch Rabu (15/8), Twitter mengatakan bahwa akun yang dipermasalahkan adalah pengguna yang sebelumnya telah ditangguhkan akibat ucapan kasar atau berupaya lari dari pemblokiran sebelumnya.

Para pelaku atau pencipta akun palsu ini sepertinya telah mampu mengatasi upaya Twitter untuk menghapusnya dengan menyiapkan akun lain. Perusahaan mengatakan gelombang baru penangguhan akan mencapai pada pekan ini, dan akan berlanjut di pekan mendatang.

Twitter baru-baru ini memfokuskan pada penangguhan akun secara agresif, sebagai bagian dari upaya untuk membendung arus disinformasi, bot, dan penyalahgunaan layanannya. The Washington Post, misalnya, Juli lalu menyebut Twitter telah menangguhkan sebanyak 70 juta akun antara Mei dan Juni, dan berlanjut pada Juli pada kecepatan yang sama.

Akibatnya pengguna Twitter terus menyusut. CFO Twitter Ned Segal pun segera menyanggah laporan tersebut. Ia mengatakan penghapusan akun-akun ini tidak memengaruhi metrik pengguna perusahaan

Basis pengguna Twitter tahun ini terus menyusut. Perusahaan ini telah kehilangan satu juta pengguna aktif bulanan di kuartal kedua, dengan 335 juta pengguna secara keseluruhan dan 68 juta di AS. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement